SITUASI POLITIK LUAR DAN DALAM NEGERI [2]

Diposting oleh poentjak harapan on Minggu, 18 Maret 2012


Pidato dalam Kongres Persatuan Perjuangan tanggal 4-5 Januari 1946


Orang Jerman mencoba memutar-mutar roda ekonomi dan memutar-mutar otaknya. Tetapi terpaksa juga kembali kepada pokok – pangkalnya soal: haves dan haves-nots. Yang dipikirkan Jerman cuma: Kita mesti punya koloni! Mendapatkan koloni dengan politik curang, dengan merebut, dengan mendesak, kita orang Indonesia tidak setuju. Dengan Jerman tak setuju, dengan Inggris dengan seiya apapun tidak! Tetapi menurut hemat kita yang membawa Jerman ke arah politik-perang itu tak lain dan tak bukan karena dunia mesti terbagi atas “haves” dan “haves-nots” itulah! Lantaran masih ada negara yang satu dua biji warganya mesti di layani oleh ½ juta budak putih dan hitam.
Alat peranglah dibikin Jerman. Kita masih ingat kapal Jerman yang hebat. Tank raksasa, kapal selam, meriam! Semua itu Jerman bikin, bikin!
Kaum buruh bekerja lagi. Mereka jalan terus, sampai tahun 1939. dalam 7 tahun Jerman hidup kembali. Kembali seperti sediakala malah lebih hebat. Mau apa sekarang dengan kapal selam dan alat perang lain-lainnya itu? Jawab: perang! Senjata ada, kemauan ada. Jangan sekarang orang menyalahkan bangsa ini, bangsa itu; keadaan ekonomi, itulah yang menjadi pangkal segala-galanya itu.
Semua itu dimulai dari tahun 1932. Dalam tahun itu Jerman mulai menjadi fasis. Ia menghendaki produksi, ia membutuhkan besi, minyak, ia berkehendak menghasilkan kain, oto, mesin; mesin yang dapat menghasilkan mesin … Tetapi, jika tidak ada pasarnya, bagi hasil produksi itu, tak ada gunanya. Semua hal inilah yang membawa kita ke pintu gerbangnya Perang Dunia ke-II.
Hitler ada mempunyai sahabat karib di Selatan. Namanya Mussolini dan nama negaranya Italia.
Dalam beberapa hal Mussolini lebih pintar daripada Hitler. Malah dia gurunya Hitler. Tetapi Italia jauh lebih miskin daripada Jerman. Italia tak mempunyai bahan seperti arang, besi, minyak tanah, timah, kapas, karet dan lain-lain. Sistem ekonomi hampir seperti Jerman juga.
Hasil pabriknya sudah mempunyai melimpah. Tetapi pasar tak ada buat membeli bahan dan menjual barang pabrik. Dia incerkan matanya dan tujukan meriamnya ke Abessinia. Dia tahu adanya Volkenbond. Tetapi dia tahu Volkenbond itu tak berkuasa. Mussolini tidak memperdulikan Volkendbond itu!
Sekarang ada juga badan yang mirib dengan Volkenbond itu, yaitu United Nations. Orang belum tahu lagi bagaimana kelak badan itu.
Uraian di atas ini bukan agitasi, hendaklah orang membaca dengan tenang uraian ini. Uraian mengenai soal: Apa obat krisis itu? Apa obat krisis Jerman? Apakah kelak United Nations, ialah penjelmaan almarhum Volkenbond itu kelak bisa menyelesaikan krisis dunia sekarang?
Yang ikut salah dalam semuanya itu ialah: the biggest of all, negara yang terbesar dari dalam segala itu, Amerika. Negara itu juga disebut orang: country of the free, negara merdeka! Kalau 11 juta pekerja dikeluarkan dari pabrik (karena krisis): merdeka! Kalau berkeliaran di jalan raya dan pasar perburuhan itu artinya: merdeka!
Kalau ada warga negara yang di –“Lynch” (disiksa): merdeka! Memang country of freedom, negara merdeka, dengan 11 juta kaum buruh yang menganggur tetap, merdeka mondar-mandir ke sana-sini menawarkan tenaganya kepada mereka yang merdeka pula menetukan apa akan dibeli apa tidak. Sedang dalam negeri itu gandum yang ditanam, dipotong, diangkut, diirik dengan tractor bertimbun-timbun banyaknya, tetapi bertimbun-timbun pula yang lapar, yang tak berbaju, berkeliaran mencari kerja dan syarat hidup.
Jadi bagaimana sekarang dikumpulkan orang-orang yang cerdik pandai, profesor-profesor. Mereka mengadakan “braintrust”, kumpulan otak dari pada orang yang pandai-pandai. Memang Roosevelt adalah orang besar dalam dunia demokrasi. Ia menyerukan New Deal, perubahan baru. Sebelumnya Roosevelt tampil ke muka maka kalau petani kebanyakan gandum semboyannya: bakar! Atau buang dalam laut! kain telah banyak: bakar saja! Mendapatkan barang baru, pun menjadi barang melimpah, tak berguna. Pendapatan yang baru itu dapat menggunakan kaum buruh yang lebih sedikit jumlahnya. Lantaran itu maka terpaksalah pula kaum buruh disusutkan. Jadi pendapatan baru itu tidak dijalankan, karena keadaan akan bertambah jelek. Akan lebih banyak lagi yang masuk partai seperti komunis, dan sebagainya; akan bertambah yang melawan undang-undang negeri! Itu durhaka! Jadi supaya jiwa orang jangan sesat, supaya lebih banyak yang masuk gereja, supaya banyak yang pergi ke tempat moralis, maka pendapatan tidak dijalankan. Rencana pendapatan baru itu dibeli oleh kapitalis yang tak suka memakainya buat dipendam atau dibakar. Begitulah nasibnya negara kapitalis yang terbesar. Satu peristiwa yang mengandung kemajuan itu dianggap sebagai musuh.
Tetapi adalah orang yang bisa mendapat cara untuk memakai hasil dengan tidak susah membuang, membakar, dan sebagainya?
Roosevelt pikir dia bisa. Bank sekarang banyak yang bangkrut tak sanggup membayar hutangnya lantaran krisis. Pinjami atau kasih uang banyak kata Roosevelt. Kasih kredit banyak-banyak kepada kaum tani membayar hutang juga. Akibatnya: gandum ada lagi. Kasih kredit kepada yang punya pabrik yang sudah bankrut dan ditutup. Pabrik jalan lagi, hasil bertambah-tambah. Tetapi: ada yang penting lagi, bagaimana menjualnya? Orang 11 juta yang menganggur tak beruang buat membeli keperluannya. Karena itu pun dikasih kredit juga. Bangunan “umum” disuruh bikin banyak-banyak. Ratusan ribu kaum buruh mendapat pekerjaan. Akbatnya: roda ekonomi mulai berputar perlahan-lahan. Pabrik-pabrik yang baru disuruh buka. Jalan-jalan raya baru disuruh bikin, pabrik terbuka, buruh bekerja, mendapat gaji dan bisa membeli barang. Hasil pabrik yang dikirim ke pasar mendapatkan cukup pembeli. Pabrik dan pasar bergandengan kembali.
Tetapi ada pabrik yang dibantu oleh pemerintah Roosevelt menjadi saingannya pabrik kapitalis perseorangan. Kapitalis ini atau itu menuduh Roosevelt menjalankan politik sosialistis. Buat menghindarkan persaingan dengan kapitalis perseorangan, Roosevelt terpaksa lari dari lapangan bangunan umum saja.
Seperti jalan raya, kebun, kanal, tanah lapang dan sebagainya. Tetapi akhirnya sampai juga kepada jalan buntu.
Benar jalan-jalan raya dapat disuruh bikin sampai ke Utara Amerika. Tetapi pabrik dan perekonomian seluruhnya goyang lagi. Hasil mulai baik dan terus melimpah pula. Dimana sekarang Roosevelt mendapat teman! Ini lucu: orang yang selama ini dianggap demokrat sebenarnya mendapat teman seorang fasis ialah Hitler, Begini: si fasis sadar ada alat perang dan mulai menyerang Polandia, Denmark … sampai Inggris. Inggris tentu tidak dapat membikin alat-alat perang sendiri sebanyak-banyaknya karena diserang Jerman. Jadi pabrik senjata Amerika dibuka lagi. Industri perang jalan lagi. Betul dalam hakekatnya fasisme cerobohlah yang meneruskan berputarnya ekonomi Amerika. Pada fasisme Jermanlah sebenarnya kaum kapitalis Amerika berterima kasih karena lantaran perang anti-fasislah roda ekonomi Amerika bisa jalan. Tetapi sesuatu kebenaran itu tak selalu bisa diakui berterang-terangan.
Begitulah keadaan Amerika. Negara yang “the biggest of all” itu sampai pecahan Perang Dunia ke-II.
Bagaimanakah sejarahnya satu Badan Internasional, ialah Volkenbond yang maksudnya bermula ialah menyelesaikan perselisihan antara negara dan negara di dunia dan dengan begitu menghindarkan peperangan? Sekejap akan kita tinjau! Kita ingin tahu bisa atau tidakkah badan ini mengobati krisis dunia. Nama Volkenbond tak bisa dipisahkan dengan nama Wilson, Presiden Amerika di masa Perang dunia ke I.
Nama Wilson itu tak pula boleh dipisahkan dengan semboyan “self-determination”. Semboyan ini mengakui hak sesuatu bangsa memilih pemerintahannya sendiri Wilson juga diakui sebagai bapaknya Volkenbond itu sesuatu perselisihan mesti diserahkan kepada satu majelis buat menentukan siapa yang salah dan siapa yang benar. Yang salah akan dihukum (sanction) dengan pemboikotan. Belum sampai orang ke tingkat mengadakan politik dunia buat menjalankan hukuman terhadap negara oleh Hakim Volkenbond dianggap salah itu. Tetapi memangnya sudah satu kemajuan Internasional apabila negara salah ceroboh itu benar-benar diboikot perdagangannya.
Tetapi apa yang sebenarnya terjadi? Presiden Wilson itu, yang di Eropa di puji-puji orang, disambut orang dengan seruan “Hosanna-Hosanna” (Bahagialah!) seperti terhadap Yesus Kristus, sekembalinya di Amerika oleh Senat, Amerika tidak dizinkan masuk Volkenbond. Negeri yang kuat, yang rajin, yang 5 juta mil persegi luasnya “The Biggest of All” tidak dibolehkan oleh Parlemen Amerika memasuki Volkenbond. Jadi yang masuk siapa? Inggris, Perancis, Spanyol dan negeri-negeri kecil, plonco-plonco: Rumania, Belanda, Swedia, Norwegia. Inilah yang kita maksudkan di atas tadi, kalau kita katakan, bahwa Amerika ikut salah. Amerika memancarkan diri dari kekalutan dunia disebabkan Perjanjian Versailles. Amerika tak mau tanggung jawab. Dia yang melakukan Volkenbond, tetapi sesudah anaknya itu lahir, anak itu dilemparkannya. Anak itu dirobek-robek oleh macan imperialisme Barat.
Bagaimanakah kedudukan yang sebenarnya negara kecil-kecil di Eropa itu? Negara-negara kecil itu harus dibantu oleh Negara Besar. Mereka itu tak dapat berekonomi sendiri. Dalam politik katanya Belanda itu “vrij” (merdeka), tetapi dalam ekonomi mesti bergantung kepada Inggris. Begitu juga Portugis, Denmark dan lain-lain. Jadi: ke dalam Eropa, Inggris membuat plonco dari negeri-negeri kecil. Terhadap ke luar Eropa terhadap Asia dan Afrika, Inggris mengadakan jajahan dan daerah-daerah yang di bawah pengaruhnya! Dari jajahan itu dapat diambilnya macam-macam bahan mentah sebanyak-banyaknya seperti: besi, minyak, timah, kapas, getah juga barang-barang makanan. Di koloni itu sendiri diadakan macam-macam kebun, seperti kebun kopi, kebun gula. Barang bahan diangkut ke Eropa. Dengan bahan itu di Eropa dibuat mesin, dan mesin yang menghasilkan berjenis-jenis mesin pula. Sedangkan koloni itu cuma buat menghasilkan barang makanan, barang bahan dan jadi pasaran hasil pabriknya saja.
Demikianlah sekarang terhadap dua macam pool: pada satu pool terdapat kemewahan, bermacam-macam ahli dalam segala lapangan pengetahuan; sedangkan pada pool lainnya terdapat kemiskinan, kebodohan. Maka bangunlah sekarang seorang poet (penyair) yang kesohor, Rudyard Kipling, dengan seruannya: "West is West and East is East, and never the twain shall meet” (Barat itu Barat, dan Timur itu Timur, dan dua-duanya itu tak akan pernah mendapatkan persesuaian). Memang begitu, yang satu main golf, yang lain disuruh jadi budaknya, disuruh membawa tongkat golf.
Permainan apa golf itu? Sebenarnya permainan orang yang malas! Di Singapura kantor Inggris besar. Yang tampak ada di luar ialah opas-opas bangsa Indonesia. Sesudah melewati beberapa kamar maka barulah berjumpakan dewa pegawai Inggris yang berada jauh di dalam. Begitulah keadan di dunia! Tidak mengherankan, karena si Haves di bawah pimpinan Inggris, yang memecah-belah. Negeri yang besar-besar, seperti Perancis, Russia, atau Jerman diadunya satu sama lain. Kalau Perancis kuat di Eropa, maka Inggris dengan tangan sembunyi membantu Jerman. Kalau sebaliknya Jerman menjadi kuat, maka Inggris membantu Perancis. Sedangkan negara kecil-kecil selalu menjadi permainan diplomasi dan dikantonginya!
Asia dan Afrika selalu dikangkanginya!
Bagaimana nasib dunia seluruhnya kalau yang satu punya banyak, yang lain tak punya apa-apa? Tentu yang tak punya tersembunyi atau terbuka menentang yang punya. Untuk mengadakan imbangan dalam kekuatan, yang disebut Balance of Power, dibentuk laskar jajahan, terdiri dari Gurkha dan sebagainya. Dengan memecah belah dan mengadu dombakan Eropa, mengadu dombakan dan mengangkangi Asia dan Afrika serta membentuk Tentara Gurkha, Inggris mencoba meneruskan “imperialisme”-nya.
Maka masa 1918-1939 itu adalah sebenarnya ‘gewapende – vrede” saja, damai bersenjata, selalu siap – sedia. Syahdan pada waktu 1939 itu Jerman telah kembali pula seperti sedia kala (tahun 1914). Senjata sudah ada pula berlebih-lebihan. Orang dan serdadu sudah banyak siap sedia pula.
Sedikit tentang strategi. Buat kita perkara ini penting sekali. Strategi itu ada dua macam.
Yang pertama ialah gerak-cepat. Yang kedua ialah mundur maju. Jerman punya strategi gerak-cepat, menurut sistem Napoleon. Kumpulkan tenaga sebanyak mungkin, dan sekonyong-konyong serbu, pecahkan dia punya garis yang lemah, kepung, hancurkan satu-satu pecahan itu. Inilah sistem yang dicocoki oleh Nazi.
Ahli siasat perang Jerman, seperti Von Berhardi dan Ludendorff juga bersandar atas siasat “gerak cepat” Di tangan para opsir Jerman, terutama bagian pemuda, sudah seia buku “Alan Sprah Zarathustra” yang memuja “Ubermensch”, filsafatnya Nietsche, filsafat imperialisme, filsafat menyerang, filsafat memuja satria perang cocok dengan semangat Jerman-Nazi. Tetapi bagaimana bisa menyerbu sekonyong-konytong, kalau peperangan modern menghendaki pengumuman (ultimatum) perang lebih dahulu? Pada permainan bola, si Referee (pemisah) mesti tanya dulu kepada kedua belah pihak apakah masing-masing sudah siap. Baru ditiup peluit sebagai tanda pertandangan sudah boleh dimulai. Tiada boleh salah satu kesebelasan menyerbu saja, sebelum peluit berbunyi. Begitu juga adat orang bermain silat di Minangkabau. Rendah sekali dianggap lawan yang mencida (mencedera), yakni menyerang dengan tak memaklumkan lebih dahulu. Begitupun dalam perang modern, lawan itu mesti diperingati lebih dahulu, bahwa kalau ini dan itu tak diperkenankan (ultimatum) maka peperangan akan dimulai pada tanggal ini atau itu!
Sebaliknya Inggris adalah pengikut muslihat mundur-maju. Semboyan Inggris ialah “siapa tahan lama” (Ausduern) itulah yang bakal menang. Pada permulaan perang, Inggris cuma mempertahankan diri saja. Sementara itu ia terus menyusun tentara, ekonomi dan bantuan dari luar negaranya dengan diplomasi yang sudah terkenal itu. Apabila dorongan (shock) itu yang pertama bisa ditahannya, maka pastilah pada akhirnya Inggris akan menang. Hal ini terjadi terhadap Napoleon dan Perang Dunia I dan II. Muslihat mundur-maju itu dengan jaya ratusan tahun lampau dijalankan oleh Roma terhadap serangan Carthago di bawah pimpinan Hannibal yang termasyhur itu. Muslihat itu membutuhkan tempo yang lama.
Ringkasnya Hitler perlu tempo sedikit. Inggris mau main lama. Makin lama ditunggu makin baik buat Inggris karena letaknya di seberang laut.
Industrinya bisa dirubah menjadi industri perang. Para diplomatnya yang ulung bisa dikerahkan buat mencari kawan.
Kawan itu lebih mudah didapat, karena kebanyakan negara sudah tergabung pada Volkenbond. Dalam Volkenbond ini Inggris-lah yang memainkan biola dengan suara paling tinggi.
Buat Jerman Nazi, yang ingin mendapatkan putusan cepat di medan peperangan., perlulah ditilik kekuatan Volkenbond itu. Hitler dan Jerman Nazi sudah saksikan bagaimana lemahnya Volkenbond terhadap Jepang ceroboh mencaplok Manchuria. Lemah pula terhadap Mussolini, yang merampas Abessinia.
Jaya atau gagalnya Volkendbond itu tergantung pada bisa atau tidaknya ia menjalankan hukuman (sanction) terhadap negara ceroboh. Tetapi bagaimana si Ceroboh bisa menghukum si Ceroboh? Inggris itu si Ceroboh juga! Semua jajahannya didapatnya dengan jalan ceroboh semenjak 300 tahun yang lampau. Si Ceroboh Inggris menghukum kecerobohan Jepang, Italia atau Jerman dalam hakekatnya akan berarti menghukum kecerobohan diri sendiri. Harakiri itu bukanlah sifat imperialisme Inggris. Pertentangan dalam diri sendiri, di antara para pemimpin Volkendbond itulah yang sebenarnya menghancurkan Volkendbond itu.

 

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar