REPUBLIK SOVIET HUNGARIA 1919: REVOLUSI YANG TERLUPAKAN bag 2

Diposting oleh poentjak harapan on Selasa, 20 Maret 2012


 Lenin memperingatkan

Pada awalnya para pemimpin SDP meminta Partai Komunis untuk mendukung mereka dari luar pemerintahan. Ketika ini ditolak, kaum reformis mengusulkan penggabungan partai! Apa yang ditawarkan ini sama dengan usulan untuk membentuk pemerintahan koalisi di bawah samaran sebuah Partai Sosialis “persatuan”. Rubah-rubah tua yang cerdik yang memimpin SDP siap menandatangani apa pun, setuju dengan apa pun, tidak peduli betapa radikalnya ini terdengar, guna memperoleh persetujuan.
Para pendukung setia dari gradualisme tiba-tiba berubah menjadi kediktaturan proletariat, kekuasaan Soviet, revolusi - apapun - untuk mendapatkan partisipasi kaum Komunis di dalam pemerintahan bersama mereka. Dalam kenyataannya, kaum Sosial Demokrat hanyalah mengakui realitas dari situasi tersebut. Sementara para pemimpin Partai Komunis sedang bernegosiasi untuk bersatu dengan mereka, kaum pekerja di Budapest tengah melakukan revolusi tak berdarah, yang mana pemerintah tidak bisa memberikan perlawanan. Partai Komunis dan Partai Sosial Demokrat bersatu sebagai sebuah gerakan ketika kekuasaan secara efektif sudah berada di tangan kelas pekerja yang bersenjata.
Dalam melaksanakan persatuan ini, para pemimpin Partai Komunis melakukan sebuah kesalahan besar yang mana akan dibayar mahal oleh kelas pekerja di kemudian hari. Sementara Bela Kun, pemimpin kaum Komunis Hungaria, membuai kaum pekerja dengan cerita yang menggebu mengenai persatuan sebagai “prakondisi bagi kekuasaan kaum buruh”, banyak kaum Komunis yang dbingungkan oleh langkah ini dan menentangnya. Dalam mencoba menemukan solusi yang “mudah” untuk masalah pembangunan Partai dan “jalan pintas” untuk kekuasaan, Bela Kun jatuh ke dalam perangkap. Karena kurang rasa percaya diri dalam diri mereka sendiri, dalam program dan kebijakan mereka dan dalam kelas buruh, para pemimpin Partai Komunis membawa sebuah fusi dengan Partai Sosial Demokrat dalam cara yang paling buruk.
Ini adalah fusi birokrasi dari atas, bukan unifikasi sejati di atas dasar kerja yang sabar untuk memenangkan kaum pekerja dari pemimpin lama mereka. Namun pada saat persatuan ini, pengaruh kaum Komunis di lapisan proletariat yang penting jauh lebih besar daripada kaum reformis, yang telah dirugikan secara besar karena kolaborasi mereka dengan pemerintahan borjuasi dan tindakan-tindakan represif mereka terhadap buruh-buruh.
Mereka setuju dengan gagasan persatuan hanya ketika nasib mereka telah menjadi sangat buruk dan revolusi sudah menjadi kenyataan. Tujuan mereka adalah untuk melestarikan prestise dan hak-hak istimewa mereka dengan mendukung pihak yang menang. Hanya elemen-elemen yang benar-benar kontra-revolusioner, yang dipimpin oleh Erno Garami, yang menolak untuk berpartisipasi dalam persatuan ini. Di antara mereka yang berpartisipasi adalah sekelompok kaum sosial demokrat sayap kiri yang jujur dan kaum birokrat sayap kanan.
Meskipun kurang informasi, dan jarak yang besar yang memisahkan dirinya dari peristiwa-peristiwa di Hungaria, Lenin segera merasakan bahaya dalam langkah-langkah tersebut:
“Komunikasi pertama yang kami terima tentang hal ini [mengenai unifikasi - AW] memberi kami beberapa alasan untuk khawatir, barangkali yang disebut kaum sosialis, kaum sosialis pengkhianat, telah melakukan penipuan, telah memperdaya kaum komunis, lebih-lebih karena kaum komunis sedang mendekam dalam penjara. “ (Karya Lenin, jilid 29, hal. 242)
Dalam sebuah telegram radio kepada Bela Kun, Lenin menyuarakan keraguannya mengenai kebijakan persatuan:
“Tolong beritahu kami apa jaminan sesungguhnya yang Anda miliki bahwa pemerintahan Hungaria yang baru ini akan benar-benar menjadi Komunis, dan bukan hanya sekadar sosialis, yaitu sebuah pemerintahan para pengkhianat sosial? Apakah kaum Komunis memiliki mayoritas dalam pemerintahan? Kapan kongres soviet akan diadakan? Apa bentuk pengakuan kaum sosialis yang sesungguhnya terhadap kediktaturan proletariat?
“Tanpa diragukan, menggunakan taktik-taktik Rusia begitu saja, dalam semua detilnya, ke dalam kondisi revolusi Hungaria yang unik akan menjadi sebuah kesalahan. Saya harus memperingatkan kesalahan-kesalahan ini, tetapi saya ingin tahu dalam hal apa Anda melihat jaminan yang sejati?“ (Karya Lenin, edisi Rusia, jilid. 29, hal. 203)
Bela Kun menjawab pertanyaan Lenin dengan kepastian yang menenangkan. Tetapi Lenin tidak yakin. Pada Kongres Pertama Komunis Internasional yang diadakan tidak lama setelah Revolusi Hungaria, ia memperingatkan seorang komunis Hungaria Laszlo Rudas:
“Saya menganggap unifikasi ini sebagai bahaya. Akan lebih baik untuk membentuk sebuah blok di mana kedua belah pihak akan mempertahankan kemandirian mereka. Dengan jalan ini, kaum Komunis akan tampil di hadapan massa sebagai sebuah partai yang independen. Kaum Komunis akan dapat meningkatkan kekuatan mereka hari demi hari, dan dalam keadaan genting, jika kaum Sosial Demokrat tidak memenuhi tugas-tugas revolusioner mereka, kita bisa pecah dengan mereka.“ (Szabad NEP, 21 Januari, 1949)
Nasehat Lenin kepada kaum Komunis Hungaria tak punya kesamaan dengan keteguhan pendirian sektarian yang hampa. Bahkan, Lenin sendiri membela ide unifikasi, asalkan itu dilakukan dengan benar, di atas program revolusioner yang jelas dan tidak menyertakan seluruh pemimpin sayap kanan yang lama. Kesalahan kaum Komunis Hungaria bukanlah unifikasi dengan Partai Sosial Demokrat, kesalaham mereka adalah mencampuradukkan panji-panji dan program-program dengan begitu saja.
Kaum Komunis Hungaria, dalam kenyataannya, melikuidasi Partainya ke dalam SDP, yang para pemimpinnya diberi sebagian besar posisi di dalam Partai, serikat-serikat buruh dan pemerintahan. Dengan tindakan Bela Kun dan yang lainnya, elemen-elemen kelas buruh yang paling maju dan revolusioner terendam dalam lapisan massa yang lebih terbelakang dan tidak matang.
Kesalahan ini terbukti berakibat fatal. Ini persis seperti yang dapat terjadi di Rusia bila kaum Bolshevik bersatu dengan kaum Menshevik setelah revolusi Februari, sebagaimana yang dianjurkan oleh Stalin dan Kamenev, atau menyerah pada bulan November 1917 pada tekanan untuk membentuk “pemerintah koalisi dari seluruh partai-partai soviet”, yang berhasil ditentang oleh Lenin dan Trotsky.

Kesalahan Kaum Komunis Hungaria

Adalah sebuah hukum revolusi bahwa pada saat yang menentukan ketika masalah kekuasaan diajukan, kepimpinanan partai revolusioner niscaya cenderung berada di bawah tekanan pengaruh kelas lain, tekanan dari “opini publik” borjuis dan bahkan dari lapisan yang terbelakang kelas buruh itu sendiri. Para pemimpin Bolshevik di Petrograd pada bulan Februari 1917 jauh lebih berpengalaman daripada para pemimpin Komunis Hungaria pada bulan Maret 1919, namun Kamenev dan Stalin, di bawah tekanan yang besar, ingin mengambil jalan yang mudah, mengusulkan dukungan untuk Pemerintahan Sementara dan persatuan dengan Menshevik.
Ketakutan “terisolasi”, ketakutan terlihat di mata massa sebagai “pemecah-belah” dan “sektarian”, menjadi tekanan yang begitu kuat yang membebani pundak kepemimpinan revolusioner. Hanya pandangan yang jelas secara menyeluruh dari proses revolusioner, yang mampu memberikan kebijakan yang kuat untuk menolak tekanan-tekanan ini. Para pemimpin Komunis Hungaria yang masih muda dan tidak berpengalaman tidak memiliki wawasan politik dan keteguhan yang diperlukan, terombang-ambing, dan kehilangan muka.
Bila saja mereka mempertahankan kemandirian mereka, mengikuti nasihat Lenin yang menawarkan sebuah aliansi kerja dengan SDP dan bekerja dengan sabar untuk meyakinkan kaum buruh Sosial Demokrat mengenai kebenaran ide-ide dan program-programnya, mereka dapat dengan mulus memenangkan mayoritas kaum buruh serta elemen-elemen yang paling jujur di antara para pemimpin sosial demokrat, mengisolasi dan membuang para pengejar karir yang korup. Hasrat untuk mencari “jalan pintas” yang secara efektif mencegah Partai Komunis dari tindakan seperti ini.
Pemerintahan buruh yang baru di Hungaria memiliki serangkaian keuntungan-keuntungan yang penting. Revolusi, bertentangan dengan semua argumen yang selalu diajukan oleh kaum reformis tentang kekerasan, seluruhnya terjadi tanpa pertumpahan darah. Kaum borjuasi terlalu terdemoralisasi dan terguncang untuk bisa menawarkan perlawanan. Rakyat tidak diragukan mendukung pemerintah baru ini, tidak hanya kaum buruh dan petani miskin, tetapi juga, tidak seperti di Rusia, mayoritas kaum intelektual yang, sebagian karena tradisi-tradisi nasional-revolusioner yang lama, mendukung revolusi tersebut.
Di lain pihak, Republik Buruh Hungaria lahir pada momen kritis dalam kehidupan imperialisme dunia. Pondasi dari sistem ini sedang runtuh di bawah pukulan palu revolusi. Tahun 1919 adalah tahun yang sangat menentukan dalam sejarah umat manusia. Setelah pergolakan revolusioner di Berlin pada bulan Januari, Austria memasuki tahap gejolak revolusioner. Sebuah republik soviet yang pendek umurnya diproklamirkan di Bavaria.
Di Perancis, suatu periode demobilisasi disertai dengan ketegangan yang ekstrem. Di Inggris, gerakan buruh dan Triple Alliance berada pada puncaknya. Ada perjuangan untuk tuntutan 40-jam-kerja dan gerakan “Hands Off Rusia”, pemberontakan di dalam angkatan bersenjata dan pemberontakan di Clyde.
Sepanjang tahun ini terjadi gerakan-gerakan pemogokan besar di Belanda, Norwegia, Swedia, Yugoslavia, Rumania, Cekoslowakia, Polandia, Italia dan bahkan Amerika Serikat. Dengan kebijakan dan orientasi yang tepat, revolusi Hungaria dapat membawa api pemberontakan ke dalam jantung Eropa, sebagaimana diketahui dengan baik oleh para ahli strategi imperialisme .
Tragisnya, para pemimpin kaum Komunis Hungaria melakukan serangkaian kesalahan yang secara efektif menutup takdir revolusi. Sebagaimana yang telah ditunjukkan, partai tersebut memiliki posisi yang sepenuhnya salah mengenai masalah tanah. Ini sekarang diangkat ke dalam praktik. Dari sembilan juta penduduk republik Soviet Hungaria, 4,4 juta bekerja di ladang. Ada 5.000 pemilik tanah besar (1% dari total), yang memiliki tanah lebih banyak daripada 99% lainnya. Ada sejuta “kaum proletar pedesaan”; sekitar 700.000 keluarga petani kecil; lebih dari 100.000 petani menengah (11,7% dari total) dan sekitar 70.000 rumah tangga kulak (8% dari total). Sebuah kebijakan agraria yang tepat bisa dan akan menggiring mayoritas besar petani ke sisi revolusi.
Di Rusia, UU mengenai tanah merupakan salah satu UU pertama yang dikeluarkan oleh kaum Bolshevik segera setelah mengambil kekuasaan. Di Hungaria ini memakan waktu dua minggu bagi pemerintah baru untuk menerbitkan UU tanah - waktu yang lama dalam situasi revolusioner, yang memberikan elemen-elemen kontra-revolusioner di desa-desa kesempatan emas untuk menyebarkan rumor yang menggelisahkan dan propaganda anti-sosialis. Lebih buruk lagi, ketidaksabaran ultra-kiri dari kaum Komunis Hungaria mengakibatkan sebuah aborsi dalam reformasi agraria.
Bela Kun dan kawan-kawannya melihat masalah petani dengan pandangan “ekonomi” yang sempit. Mereka tidak memahami sifat dialektika mengenai hubungan antara kaum proletar dan kaum tani dan memandang curiga kebijakan pendistribusian tanah kepada kaum tani yang dilakukan oleh kaum Bolshevik Rusia, yang dalam jangka pendek memperkuat perkembangan elemen-elemen pemilik properti kecil di desa-desa, tetapi berhasil menggembleng massa petani miskin ke bawah panji-panji revolusi sosialis. “Tibor [Szamuely] dan saya,” tulis Bela Kun setelah kekalahan revolusi, “percaya bahwa kebijakan agraria kita lebih cerdas daripada kebijakan Bolshevik Rusia, karena kami tidak membagi perkebunan-perkebunan besar di antara para petani, tetapi membentuk produksi sosialis, mendasarkan diri kita pada kaum pekerja di pedesaan dan tidak mengubah mereka menjadi musuh-musuh proletariat karena kita tidak mengubah mereka menjadi pemilik tanah.”
Ketidaksabaran dan impresionisme dari para pemimpin Partai Komunis menyebabkan mereka untuk membesar-besarkan dan mengidealkan unsur-unsur “kesadaran sosialis” di antara kaum tani Hungaria, seperti yang dilakukan oleh kaum Narodnik Rusia pada abad sebelumnya. Tibor Szamuely menunjukkan ilusi-ilusi ini pada satu pertemuan di Rusia pada Mei 1919 dalam sebuah pidato yang dilaporkan dalam Izvestia pada tanggal 5 Mei:
“Gagasan pengorganisasian komune-komune memperoleh simpati yang sangat besar. Di antara kaum tani Hungaria tidak ada kelompok-kelompok yang akan menentang gagasan ini.” (Penekanan kami - AW)

“Sosialisme Sekarang”

Pada kenyataannya, kaum tani, karena seluruh modus eksistensinya dan perannya dalam produksi, merupakan kelas sosial paling tidak mampu mengembangkan kesadaran kolektif. Beberapa kaum Komunis Hungaria tampaknya memahami kenyataan ini lebih baik daripada Bela Kun. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam edisi pertama dari Komunis International, Laszlo Rudas menunjukkan bahwa kaum tani miskin dan menengah “pada dasarnya tidak peduli pada nasib kediktatoran proletariat.”
Namun observasi ini hanyalah benar secara relatif. Mengapa kaum tani miskin dan menengah Rusia peduli terhadap nasib Negara buruh Rusia? Karena kaum Bolshevik Rusia telah mendistribusikan tanah kepada para petani, mereka tahu bahwa, dalam mempertahankan Negara buruh mereka mempertahankan bidang-bidang tanah mereka melawan pemilik tanah besar yang didukung tentara Putih. “Kesadaran sosialis” tidak masuk di dalamnya.
Namun kaum Bolshevik, yang dipimpin oleh Lenin dan Trotsky, menggunakan secara terampil masalah tanah untuk memenangkan berjuta-juta massa petani ke sisi revolusi sosialis. Jauh dari menciptakan musuh-musuh dari kaum tani, kebijakan agraria Bolshevik mengubah mereka menjadi pembela-pembela revolusi yang antusias. Tanpa aliansi ini, Bolshevik tidak akan bertahan lebih lama daripada Republik Soviet Hungaria.
Posisi dari para pemimpin Sosial Demokrat mengenak masalah ini tidaklah lebih baik, tetapi malah lebih buruk daripada Bela Kun. Nepszava, sebuah organ dari partai persatuan ini, yang dikontrol oleh kaum Sosial Demokrat menulis: “Kami bisa bangga mengenai solusi untuk masalah agraria ... Kami mampu menyelesaikan masalah ini berkat keadaan yang menguntungkan. [!] Di negara kami, produksi sosialis di sektor pertanian bukanlah sebuah utopia. Sebagian besar tanah pertanian telah diserahkan ke produksi kolektif.” (6 Juni 1919)
Dalam prakteknya, kaum birokrat konservatif ini secara alami takut terhadap inisiatif massa apapun. Bagi elemen-elemen ini, gagasan yang dikemukakan oleh Marx dan Engels, dan yang dipraktekkan oleh kaum Bolshevik, tentang “edisi kedua dari Perang Tani” sebagai senjata pelengkap dari revolusi proletar, adalah sesuatu yang mereka benci. Bersembunyi di balik para pemimpin Partai Komunis mereka memberikan dukungan mereka terhadap kolektifisasi, bukan karena antusiasme revolusioner apapun, tetapi untuk menghindari “kekacauan” di desa-desa.
Mereka melaksanakan reformasi agraria dengan cara yang paling birokratik, merampas setiap konten dan daya tarik revolusioner dari reforma agraria. Dalam hati mereka, kaum Sosial Demokrat menentang penyitaan tanah - dalam tahun-tahun-tahun berikutnya Count Karolyi sendiri mengungkapkan bahwa gagasan reformasi agraria telah ditentang tidak hanya oleh tuan tanah dan Gereja, tetapi juga oleh para pemimpin SDP. Hasilnya adalah sebuah aborsi. “Para Komisar Produksi” dijadikan pemimpin pertanian-pertanian kolektif. Dalam banyak kasus, mereka tidak lain adalah pemilik tanah sebelumnya. Dia tinggal di rumah lamanya, dan petani terus memanggilnya sebagai “tuan”.
Bagaimana mungkin situasi seperti ini membuat perasaan yang responsif dalam hati para petani miskin dan buruh tani? Sejauh yang mereka bisa lihat, secara fundamental tidak ada yang berubah dari sebelumnya. Hal ini menjelaskan ketidakpedulian kaum tani miskin dan menengah akan nasib revolusi.
Kaum miskin desa tidak yakin dengan situasi yang baru, yang sangat mirip dengan apa yang ada sebelumnya, meskipun namanya telah berubah. Para pemilik pertanian kecil tersebut curiga terhadap niat pemerintah dan mudah sekali dipengaruhi oleh propaganda dari para petani kaya serta para tuan tanah bahwa pemerintah hendak menasionalisasi tanah mereka juga. Sedangkan kebijakan Lenin telah berhasil memisahkan para petani kecil dari para petani kaya, kebijakan Bela Kun “yang lebih cerdas” hanya berhasil menyatukan petani kecil dan petani kaya dalam blok yang memusuhi dan menentang revolusi.
Kegagalan dalam kebijakan agraria memiliki dampak yang serius di bidang lain. Pemerintah, sadar akan permusuhan atau ketidakpedulian dari mayoritas petani, tidak merasa cukup percaya diri untuk melakukan rekuisisi gabah, seperti yang telah dilakukan kaum Bolshevik di Rusia. Hal ini menyebabkan kesulitan yang serius dalam menyuplai kota-kota dan Tentara Merah dengan makanan dan pakaian dalam bulan-bulan kritis yang menyusul. Ini merupakan satu kesalahan yang fundamental.
Dalam bulan-bulan berikutnya, pemerintah, daripada mengkonsentrasikan seluruh usahanya untuk memperluas basis dukungannya dan melancarkan serangan yang tegas terhadap kelompok-kelompok kontra-revolusioner, malah membuang-buang enerjinya pada hal-hal sekunder. Di bawah tekanan yang terus-menerus dari Lenin, delapan jam kerja dalam sehari diperkenalkan bersama-sama dengan sejumlah reforma praktis untuk meningkatkan standar hidup rakyat.
Tapi banyak waktu yang terbuang untuk berbagai parade, pidato dan perayaan. Pada saat kekuatan-kekuatan reaksi tengah berkumpul di perbatasan dan di dalam Hungaria, para menteri menjeburkan diri ke dalam seribu satu proyek-proyek kultural. Lenin merasa berkewajiban untuk menegur Laszlo Rudas mengenai keserampangan para pemimpin Partai Komunis Hungaria:
“Kediktatoran [proletariat] macam apa ini, mensosialisasikan teater-teater dan kelompok-kelompok musikal? Apakah anda benar-benar berpikir bahwa ini adalah tugas yang paling penting sekarang?” (Szabad NEP, 21 Januari, 1949)
Republik Soviet Hungaria, yang telah menaklukkan kekuasaan dengan begitu mudah, kini menemukan dirinya dalam posisi lemah untuk melawan serangan reaksi. Pemerintahan dibentuk dari 13 anggota, hanya empat orang yang merupakan kaum Komunis. Mereka meniru semua bentuk eksternal dari Revolusi Rusia (yang telah diperingatkan oleh Lenin), termasuk pembentukan sebuah inspektorat kaum tani, dan bahkan memberi Lenin gelar “Presiden Terhormat” dari soviet Budapest! Di sisi lain, Tentara Merah, yang didirikan dengan dekrit pada tanggal 30 Maret sesungguhnya hanya tentara lama di bawah nama baru, diletakkan di bawah kontrol Pogany, seorang kaum Sosial Demokrat, dan dikelola oleh perwira-perwira dari rezim sebelumnya. Sebagian besar para komisaris di dalam angkatan bersenjata adalah kaum Sosial Demokrat, termasuk komisaris utama, Moor.
Milisi Merah memasukkan seluruh detasemen polisi lama. Dengan cara ini, daripada sepenuhnya menghancurkan aparatus negara lama, unsur-unsur utama dari negara lama dilestarikan di bawah nama baru. Hanya secara perlahan-lahan tentara dan milisi dibersihkan dari elemen-elemen reaksioner lama. Sementara itu, waktu tak ternilai harganya terbuang dalam perang melawan reaksi.
Dalam 133 hari keberadaannya, republik Soviet mengeluarkan tidak kurang dari 531 dekrit. Jika revolusi dapat dimenangkan dengan kertas, kaum pekerja Hungaria tidak akan pernah kalah. Sialnya bagi Bela Kun, kaum reaksioner bertempur dengan peluru yang sesungguhnya, bukan dengan kertas.
Juga dalam front ekonomi, ketidaksabaran dari para pemimpin Partai Komunis mengakibatkan masalah besar. Setelah revolusi Oktober Bolshevik hanya menasionalisasi bank-bank dan industri-industri besar. Ini sudah cukup untuk mengkonsentrasikan seluruh tuas-tuas fundamental ekonomi ke tangan negara buruh dan tugas-tugas yang lebih kompleks untuk mengintegrasikan perusahaan-perusahaan kecil dan menengah ke sektor yang telah dinasionalisasi bisa berlangsung dengan lebih lambat, dengan kecepatan yang lebih teratur.
Namun, keinginan Bela Kun untuk “lebih hebat” dari kaum Bolshevik, menyebabkan Negara buruh Hungaria menasionalisasi, tanpa kompensasi, semua bisnis dengan lebih dari 50 karyawan lima hari setelah berkuasa. Ini mencoba melakukan terlalu banyak, terlalu cepat, di sebuah negara terbelakang di mana industri skala besar masih mewakili sektor yang relatif kecil.
Bahkan, dalam waktu satu bulan, tidak kurang dari 27.000 bisnis-bisnis yang dinasionalisasi, banyak dari bisnis-bisnis tersebut memiliki kurang dari dua puluh pekerja. Memang benar bahwa inisiatif nasionalisasi ini biasanya datang dari kaum pekerja itu sendiri. Pemerintah dibanjiri dengan tuntutan dari kaum pekerja yang meminta untuk diambil alih. Bahkan pembuat rambut palsu ingin dinasionalisasi.
Tetapi gagasan dari para pemimpin Partai Komunis Hungaria untuk memperkenalkan “sosialisme sekarang juga” tanpa mempertimbangkan masalah transisi dari kapitalisme ke sosialisme menimbulkan kesulitan yang serius. Tanpa persiapan yang memadai dan pengembangan teknologi yang cukup, nasionalisasi ribuan usaha kecil adalah bunuh diri dan membawa dislokasi ekonomi yang cukup besar. Langkah-langkah seperti pengambil alihan seluruh taksi yang didekritkan di Budapest dan kota-kota lainnya tanpa melihat jumlah karyawan membuat gusar seksi-seksi penting dari kelas menengah, produsen kecil dan pengrajin.
Kesalahan yang dilakukan oleh kaum Komunis Hungaria secara serius melemahkan revolusi dalam menghadapi ancaman yang tumbuh dari kekuatan reaksi. Kekuatan-kekuatan imperialis, yang bertemu di Konferensi Perdamaian Paris, memahami betul bahaya yang ditimbulkan oleh “masalah Hungaria”. Kemungkinan intervensi bersenjata diajukan. Tetapi kelemahan imperialisme pada saat itu terungkap oleh ketidakmampuan mereka untuk campur tangan secara langsung terhadap revolusi Hungaria.
Alih-alih Inggris, Perancis dan imperialis Amerika Serikat terpaksa mengandalkan jasa dari borjuasi Ceko, Rumania dan Perancis untuk melakukan pekerjaan kotor mereka. Pada tanggal 16 April pemerintah Rumania melancarkan serangannya, yang segera menunjukkan kelemahan dan ketidaksiapan Republik Soviet Hungaria. “Tentara Merah”, yang terdiri atas tentara dan perwira rezim lama luluh lantak, sejumlah seksi membelot ke pihak musuh.

Intervensi-intervensi Imperialisme

Tentara Rumania menembus masuk ke dalam wilayah Hungaria tanpa menemui perlawanan yang serius. Untuk memperkuat serangan, Serbia, disemangati oleh Sekutu, menyerang Hungaria selatan, sementara borjuis “demokratis” Ceko juga ikut bergabung, menyerang di wilayah Barat dengan pasukan yang dipimpin oleh para perwira Perancis dan Italia.
Times tanggal 7 Mei 1919 menyuarakan tujuan kaum imperialis yang menuntut penyerahan Hungaria, pelucutan senjata Tentara Merah, dan pengunduran diri pemerintah serta pendudukan negara oleh pasukan Sekutu. Pada saat tanda bahaya yang pertama, kaum Sosial Demokrat di pemerintah sudah ingin menyerah. Wilhelm Bohm, salah satu pemimpin utama SDP, dan mantan kepala Tentara Merah, sudah menyusun rencana menyerah.
Aksi-aksi yang meruntuhkan semangat dari para pemimpin buruh sayap kanan ini melumpuhkan pemerintahan tersebut pada saat yang menentukan. Tidak diragukan lagi, bila semua masalah dibiarkan di tangan mereka, Budapest akan diduduki oleh kaum Putih tanpa perlawanan.
Namun, kaum proletar di Budapest yang heroik sekali lagi mengambil kendali, memaksa pemerintah untuk mengubah arah. Dalam seluruh rangkaian pertemuan massa, kaum pekerja mengabaikan permintaan dari Bohm dan perwira lain serta memilih untuk melawan. Iuran digalakkan di seluruh pabrik-pabrik besar dan barisan-barisan buruh dikirim dari distrik-distrik buruh ke garis depan. Dalam beberapa hari, berkat inisiatif yang luar biasa dari kaum pekerja, ribuan relawan bergabung dengan Tentara Merah - buruh pabrik, buruh kereta api, juru tulis, tukang pos, office boy, yang mengubah seluruh situasi dalam waktu 24 jam.
Tentara Merah diorganisir di atas basis yang baru. Dan pada tanggal 2 Maret kaum pekerja di Budapest berhasil mendesak mundur pasukan penyerang sepanjang garis pertempuran. Dalam kampanye yang brilian selama tujuh hari ini, Tentara Merah kaum proletar bergerak dari bertahan ke menyerang, merebut kembali kota-kota dan desa-desa dari musuh, menghadapi lawan yang sangat tangguh.
Tentara Ceko terlempar ke dalam kepanikan karena serangan ini. Wilayah luas dari Slowakia dibebaskan, dan pada tanggal 16 Juni, sebuah republik Soviet Slovakia diproklamirkan.
Akan tetapi, pengerahan tenaga yang heroik dari kaum pekerja Hungaria terus-menerus dirongrong oleh para pemimpin SDP dalam pemerintahan, yang kini memulai kampanye sistematis mengkritik dugaan-dugaan “metode keras” dan “kekejaman yang berlebihan”. Dalam kenyataannya, tidak seorang pun bisa menuduh kaum pekerja Hungaria melakukan kekejaman yang membabi buta. Justru sebaliknya.
Revolusi Hungaria sudah terlalu sabar dengan musuh-musuhnya, dan sekarang harus membayar harga yang mahal. Menolak “tindakan-tindakan keras” di tengah-tengah perang sipil yang berdarah dan mengerikan sama saja dengan menyerah kepada musuh. Bahkan pemerintahan borjuis parlementer yang paling demokratis pun tidak akan membiarkan propaganda yang melemahkan di saat perang. Namun kaum pekerja Hungaria harus bertempur di dua front: melawan kelas musuh secara terbuka di garis depan dan agen-agen musuh yang munafik yang sedang berusaha keras merongrong upaya-upaya perang dari posisi kunci dalam pemerintahan itu sendiri.
Terlalu terlambat, para pemimpin Partai Komunis dalam menyadari kesalahan mengenai penyatuan. Bela Kun menggerutu tentang kaum Sosial Demokrat dan mengisyaratkan perlunya perpecahan pada saat dimana suatu persatuan yang kokoh dan ketegasan kepemimpinan diperlukan untuk melawan perang. Pemerintah dipenuhi perpecahan. Kaum Sosial Demokrat menguasai mayoritas dari semua lembaga-lembaga terkemuka dari partai “persatuan”, dengan sedikit sekali pengecualian. Mereka mengendalikan “Dewan Pemerintah Revolusioner”nya.
Kaum pengejar karir ini, yang telah mendukung “kediktatoran proletariat” guna mengamankan posisi mereka, sekarang memutuskan untuk tidak mendukung pihak yang kalah, dan sedang sibuk “memperbaiki hubungan” dengan pihak lain. Mereka berusaha sebisa mungkin memisahkan diri mereka dari “kaum Bolshevik” yang akan mereka salahkan untuk keseluruhan peristiwa ini, dan untuk membaharui lagi kredensial mereka sebagai politisi borjuis “demokratis” yang benar-benar tidak bermaksud jahat dan berpartisipasi dalam revolusi dalam rangka untuk “menghindari ekses-ekses” dan memastikan semuanya ada dalam kendali.
Perpecahan dengan kaum Sosial Demokrat tidak terjadi karena para pemimpin Partak Komunis, kendati tekanan dari Komunis Internasional untuk melawan para pemimpin SDP secara terbuka, goyah dan mundur di bawah tekanan.
Aktivitas SDP dalam pemerintahan telah memberikan lampu hijau bagi imperialisme. Atas inisiatif Presiden Wilson, sang “jawara Rakyat”, Konferensi Perdamaian Paris, yang sekarang benar-benar khawatir akan keberhasilan Tentara Merah, mengirim ultimatum lebih lanjut ke Budapest pada pada tanggal 8 Juni, menuntut penghentian serangan Tentara Merah dan mengundang Pemerintah Hungaria ke Paris untuk “mendiskusikan perbatasan Hungaria.” Catatan tersebut disertai dengan ultimatum kedua, mengancam penggunaan kekuatan jika syarat-syarat ini tidak diterima.
Ultimatum baru ini digunakan oleh Bohm dan kawan-kawannya untuk meluncurkan kampanye baru untuk “perdamainan dengan ongkas apapun.” Di bawah tekanan, Bela Kun kembali mengulur-ulur dan menganjurkan gencatan senjata. Pada tanggal 18 Juni, Lenin mengirim telegram yang mana ia menjelaskan bahwa walaupun bernegosiasi dengan Sekutu, dalam dan dari dirinya sendiri, merupakan sebuah taktik yang tepat untuk mendapatkan ruang bernapas, tidak ada kepercayaan apa pun yang dapat ditempatkan dalam Sekutu dan dalam tawaran perdamaian mereka. Dalam kenyataannya, tidak ada jaminan sedikit pun bahwa janji-janji sekutu akan dipenuhi bila ultimatum diterima.
Dengan tentara-tentara asing yang masih berada di tanahnya, revolusi diminta untuk melucuti dirinya atas dasar kekuatan secarik kertas. Namun pada tanggal 26 Juni, perundingan dimulai, dan Tentara Merah mulai menarik diri.
Ada momen-momen psikologis yang menentukan dalam sejarah revolusi, seperti dalam pemogokan. Penyerahan posisi kemenangan yang sudah diperoleh dengan susah payah tanpa suatu perlawanan mempunyai dampak celaka pada Tentara Merah. Republik Soviet Slovakia yang bernasib malang diserahkan ke tangan musuh-musuhnya. Semangat kaum pekerja dan petani mengalami pukulan. Lenin telah memperingatkan terhadap bahaya ilusi dalam “niat baik” Sekutu, dan sekarang rakyat Hungaria terjungkir jatuh ke dalam perangkap. Sebagaimana kemudian Bela Kun sendiri mengakui:
“Kami tidak menjawab maneuver-manuver Clemenceau dengan konter-manuver. Kami tidak berupaya mengulur waktu dengan memperpanjang negosiasi. Kami bahkan tidak mencoba untuk memaksa mereka menerima negosiasi-negosiasi semacam itu, tapi hanya melaksanakan semua yang mereka minta, tanpa sedikit jaminan apapun, tanpa memperhitungkan kemungkinan disintegrasi tentara bila kita mundur.”

Pemerintahan Teror

Nasib dari revolusi Hungaria sekarang telah terkunci. Pada tanggal 24 Juni ada percobaan pemberontakan kontra-revolusioner di Budapest yang dipimpin oleh kelompok yang menamakan dirinya “Sosial Demokrat Nasional”, yang dikalahkan dalam waktu 24 jam. Pada tanggal 20 Juli, Clemenceau mengeluarkan pernyataan lebih lanjut, yang menyatakan bahwa pemerintah Hungaria “tidak berkompeten untuk bernegosiasi” dan menuntut pembentukan pemerintahan baru yang tidak mengikutsertakan Partai Komunis dan terdiri dari “para pemimpin buruh yang bertanggung jawab.” Para pemimpin SDP bersemangat menerima tuntutan tersebut, seperti yang sudah bisa diduga.
Sebelumnya mereka melindungi diri di belakang Partai Komunis, tapi sekarang pendulum sudah berayun ke arah lain dan Bela Kun serta kawan-kawannya sudah tidak berguna lagi. Di sini sekali lagi, para pemimpin Partai Komunis memperlihatkan kenaifan dan kebingungan yang ekstrem. Alih-alih melakukan perlawanan untuk mengekspos manuver dari para pemimpin SDP (yang, kebetulan, secara langsung berhubungan dengan militer Prancis, Inggris, Italia dan AS di Budapest), mereka akhirnya setuju untuk mengundurkan diri “demi mencegah pertumpahan darah yang tidak berguna.”
Sebuah kudeta telah terjadi tanpa melepas satu tembakan pun. Para pemimpin buruh “yang bertanggung jawab” ini memusatkan semua kekuasaan di tangan mereka dengan maksud untuk menyerahkan kembali kekuasaan secepat mungkin kepada tuan tanah dan kapitalis.
Dengan episode ini, kontra-revolusi sudah tidak dapat terelakkan. Pemerintahan Sosial Demokrat tergesa-gesa membatalkan seluruh kebijakan-kebijakan yang dilahirkan oleh revolusi. Perusahaan-perusahaan yang telah dinasionalisasi diserahkan kembali ke pemilik lama. Pencapaian-pencapaian kaum pekerja dan petani dihapus. Banyak anggota Partai Komunis yang ditangkap, sedangkan elemen-elemen kontra-revolusioner dibebaskan dari penjara. Dalam kebutaan reformisnya, para pemimpin buruh sayap kanan membayangkan bahwa aksi-aksi ini akan membuatnya dicintai kaum Putih dan memungkinkannya untuk membuat perdamaian mereka dengan reaksi yang tengah berjaya. Ilusi yang sia-sia! Pada tanggal 6 Agustus, pemerintah baru itu sendiri digulingkan oleh segelintir petualang militer. Disorientasi dan tidak ada pemimpin, kaum proletar yang heroik di Budapest tidak berdaya untuk memberikan perlawanan.
Dengan masuknya tentara Rumania ke Budapest, sebuah pemerintahan teror mulai melawan kelas pekerja Hungaria. Para tuan tanah dan kapitalis membalas dendam atas ketakutan yang pernah mereka alami dengan tanpa memikirkan atau mempertimbangkan “tindakan zalim yang kejam.” Tentara Merah yang terluka diseret dari rumah sakit dan dibunuh. Kaum Putih menggunakan cara yang paling barbar, model penyiksaan abad pertengahan, 5.000 orang kehilangan nyawa dalam periode ini. Dan para Pontius Pilatus “gradualisme”, para pemimpin buruh reformis yang dengan keras telah memprotes “ekses-ekses” dari kaum pekerja dan petani itu kini memandang ke arah lain, membenarkan pembunuhan dan penindasan dalam cara yang paling pengecut untuk mempertahankan pekerjaan dan hak-hak istimewa mereka.
Kekalahan Revolusi Hungaria tahun 1919 merupakan pukulan berat bagi kelas pekerja internasional. Revolusi Rusia tetap terisolasi di sebuah negara yang terbelakang, dan fakta ini menentukan degenerasi-degenerasi selanjutnya dari negara buruh pertama di dunia. Namun kekalahan ini bukanlah sesuatu yang tidak terelakkan. Meskipun sulit mempertahankan sebuah negara kecil tanpa pertahanan yang kuat, sebuah kebijakan yang benar dapat memberikan hasil yang berbeda. Khususnya kegagalan untuk mengadopsi sebuah kebijakan agraria yang tepat berarti bahwa Revolusi Hungaria tidak memiliki daya tarik bagi para serdadu tani dari Rumania, Ceko dan Serbia. Namun kemungkinan ini ada. Ketika itu, batalion tentara Rumania ke-4, 9, dan 161 sudah menolak untuk menyerang. Selama perang ada pemogokan-pemogokan besar dari kaum pekerja Rumania di Ploesti, Bukares, dll. Selama perang tersebut koran Austria Deutsche Volksblatt melaporkan kekecewaan dan ketidakpuasan di antara pasukan penyerang:
“Dalam pasukan Rumania dan Ceko ada ketidakdisiplinan yang begitu nyata, dan ide-ide Bolshevik tersebar di tengah-tengah mereka, yang dinyatakan oleh sebuah fakta bahwa gerakan buruh dan tani Bessarablia telah berbalik melawan pemerintah Rumania.”
Sekitar 8.000 pasukan Ceko juga menolak untuk melawan dan secara massal melarikan diri dari Carpathia ke Galitsia dimana mereka ditahan oleh Polandia. Ada juga beberapa kasus fraternisasi di garis depan Yugoslavia. Semua ini menunjukkan apa yang mungkin terjadi jika kaum Komunis Hungaria mengejar kebijakan-kebijakan yang tepat dalam revolusi.
Hari ini, 60 tahun kemudian, kendati semua kesalahannya, pengalaman singkat dari republik Soviet Hungaria merupakan sumber inspirasi bagi seluruh kaum sosialis dan kaum pekerja yang sadar. Hanya dengan menganalisa kesalahan di masa lalu maka kita akan bisa mendidik generasi sekarang dan menyiapkannya untuk tugas-tugas pada periode mendatang yang akan terjadi sekali lagi di gerakan buruh Inggris dan internasional.

Diterjemahkan dari “The Hungarian Soviet Republic of 1919: The Forgotten Revolution.” Alan Woods, 12 November 1979

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar