Lenin memperingatkan
Pada
awalnya para pemimpin SDP meminta Partai Komunis untuk mendukung mereka dari
luar pemerintahan. Ketika ini ditolak, kaum reformis mengusulkan penggabungan
partai! Apa yang ditawarkan ini sama dengan usulan untuk membentuk pemerintahan
koalisi di bawah samaran sebuah Partai Sosialis “persatuan”. Rubah-rubah tua
yang cerdik yang memimpin SDP siap menandatangani apa pun, setuju dengan apa
pun, tidak peduli betapa radikalnya ini terdengar, guna memperoleh persetujuan.
Para
pendukung setia dari gradualisme tiba-tiba berubah menjadi kediktaturan
proletariat, kekuasaan Soviet, revolusi - apapun - untuk mendapatkan
partisipasi kaum Komunis di dalam pemerintahan bersama mereka. Dalam
kenyataannya, kaum Sosial Demokrat hanyalah mengakui realitas dari situasi
tersebut. Sementara para pemimpin Partai Komunis sedang bernegosiasi untuk
bersatu dengan mereka, kaum pekerja di Budapest tengah melakukan revolusi tak
berdarah, yang mana pemerintah tidak bisa memberikan perlawanan. Partai Komunis
dan Partai Sosial Demokrat bersatu sebagai sebuah gerakan ketika kekuasaan
secara efektif sudah berada di tangan kelas pekerja yang bersenjata.
Dalam
melaksanakan persatuan ini, para pemimpin Partai Komunis melakukan sebuah
kesalahan besar yang mana akan dibayar mahal oleh kelas pekerja di kemudian
hari. Sementara Bela Kun, pemimpin kaum Komunis Hungaria, membuai kaum pekerja
dengan cerita yang menggebu mengenai persatuan sebagai “prakondisi bagi
kekuasaan kaum buruh”, banyak kaum Komunis yang dbingungkan oleh langkah ini
dan menentangnya. Dalam mencoba menemukan solusi yang “mudah” untuk masalah
pembangunan Partai dan “jalan pintas” untuk kekuasaan, Bela Kun jatuh ke dalam
perangkap. Karena kurang rasa percaya diri dalam diri mereka sendiri, dalam
program dan kebijakan mereka dan dalam kelas buruh, para pemimpin Partai
Komunis membawa sebuah fusi dengan Partai Sosial Demokrat dalam cara yang
paling buruk.
Ini
adalah fusi birokrasi dari atas, bukan unifikasi sejati di atas dasar kerja
yang sabar untuk memenangkan kaum pekerja dari pemimpin lama mereka. Namun pada
saat persatuan ini, pengaruh kaum Komunis di lapisan proletariat yang penting
jauh lebih besar daripada kaum reformis, yang telah dirugikan secara besar
karena kolaborasi mereka dengan pemerintahan borjuasi dan tindakan-tindakan
represif mereka terhadap buruh-buruh.
Mereka
setuju dengan gagasan persatuan hanya ketika nasib mereka telah menjadi sangat
buruk dan revolusi sudah menjadi kenyataan. Tujuan mereka adalah untuk
melestarikan prestise dan hak-hak istimewa mereka dengan mendukung pihak yang
menang. Hanya elemen-elemen yang benar-benar kontra-revolusioner, yang dipimpin
oleh Erno Garami, yang menolak untuk berpartisipasi dalam persatuan ini. Di
antara mereka yang berpartisipasi adalah sekelompok kaum sosial demokrat sayap
kiri yang jujur dan kaum birokrat sayap kanan.
Meskipun
kurang informasi, dan jarak yang besar yang memisahkan dirinya dari
peristiwa-peristiwa di Hungaria, Lenin segera merasakan bahaya dalam
langkah-langkah tersebut:
“Komunikasi
pertama yang kami terima tentang hal ini [mengenai unifikasi - AW] memberi kami
beberapa alasan untuk khawatir, barangkali yang disebut kaum sosialis, kaum
sosialis pengkhianat, telah melakukan penipuan, telah memperdaya kaum komunis,
lebih-lebih karena kaum komunis sedang mendekam dalam penjara. “ (Karya Lenin,
jilid 29, hal. 242)
Dalam
sebuah telegram radio kepada Bela Kun, Lenin menyuarakan keraguannya mengenai
kebijakan persatuan:
“Tolong
beritahu kami apa jaminan sesungguhnya yang Anda miliki bahwa pemerintahan
Hungaria yang baru ini akan benar-benar menjadi Komunis, dan bukan hanya
sekadar sosialis, yaitu sebuah pemerintahan para pengkhianat sosial? Apakah
kaum Komunis memiliki mayoritas dalam pemerintahan? Kapan kongres soviet akan
diadakan? Apa bentuk pengakuan kaum sosialis yang sesungguhnya terhadap
kediktaturan proletariat?
“Tanpa
diragukan, menggunakan taktik-taktik Rusia begitu saja, dalam semua detilnya,
ke dalam kondisi revolusi Hungaria yang unik akan menjadi sebuah kesalahan.
Saya harus memperingatkan kesalahan-kesalahan ini, tetapi saya ingin tahu dalam
hal apa Anda melihat jaminan yang sejati?“ (Karya Lenin, edisi Rusia, jilid.
29, hal. 203)
Bela
Kun menjawab pertanyaan Lenin dengan kepastian yang menenangkan. Tetapi Lenin
tidak yakin. Pada Kongres Pertama Komunis Internasional yang diadakan tidak
lama setelah Revolusi Hungaria, ia memperingatkan seorang komunis Hungaria
Laszlo Rudas:
“Saya
menganggap unifikasi ini sebagai bahaya. Akan lebih baik untuk membentuk sebuah
blok di mana kedua belah pihak akan mempertahankan kemandirian mereka. Dengan
jalan ini, kaum Komunis akan tampil di hadapan massa sebagai sebuah partai yang
independen. Kaum Komunis akan dapat meningkatkan kekuatan mereka hari demi
hari, dan dalam keadaan genting, jika kaum Sosial Demokrat tidak memenuhi
tugas-tugas revolusioner mereka, kita bisa pecah dengan mereka.“ (Szabad NEP, 21
Januari, 1949)
Nasehat
Lenin kepada kaum Komunis Hungaria tak punya kesamaan dengan keteguhan
pendirian sektarian yang hampa. Bahkan, Lenin sendiri membela ide unifikasi,
asalkan itu dilakukan dengan benar, di atas program revolusioner yang jelas dan
tidak menyertakan seluruh pemimpin sayap kanan yang lama. Kesalahan kaum
Komunis Hungaria bukanlah unifikasi dengan Partai Sosial Demokrat, kesalaham
mereka adalah mencampuradukkan panji-panji dan program-program dengan begitu
saja.
Kaum
Komunis Hungaria, dalam kenyataannya, melikuidasi Partainya ke dalam SDP, yang
para pemimpinnya diberi sebagian besar posisi di dalam Partai, serikat-serikat
buruh dan pemerintahan. Dengan tindakan Bela Kun dan yang lainnya,
elemen-elemen kelas buruh yang paling maju dan revolusioner terendam dalam
lapisan massa yang lebih terbelakang dan tidak matang.
Kesalahan
ini terbukti berakibat fatal. Ini persis seperti yang dapat terjadi di Rusia
bila kaum Bolshevik bersatu dengan kaum Menshevik setelah revolusi Februari,
sebagaimana yang dianjurkan oleh Stalin dan Kamenev, atau menyerah pada bulan
November 1917 pada tekanan untuk membentuk “pemerintah koalisi dari seluruh
partai-partai soviet”, yang berhasil ditentang oleh Lenin dan Trotsky.
Kesalahan Kaum Komunis Hungaria
Adalah
sebuah hukum revolusi bahwa pada saat yang menentukan ketika masalah kekuasaan
diajukan, kepimpinanan partai revolusioner niscaya cenderung berada di bawah
tekanan pengaruh kelas lain, tekanan dari “opini publik” borjuis dan bahkan
dari lapisan yang terbelakang kelas buruh itu sendiri. Para pemimpin Bolshevik
di Petrograd pada bulan Februari 1917 jauh lebih berpengalaman daripada para
pemimpin Komunis Hungaria pada bulan Maret 1919, namun Kamenev dan Stalin, di
bawah tekanan yang besar, ingin mengambil jalan yang mudah, mengusulkan
dukungan untuk Pemerintahan Sementara dan persatuan dengan Menshevik.
Ketakutan
“terisolasi”, ketakutan terlihat di mata massa sebagai “pemecah-belah” dan
“sektarian”, menjadi tekanan yang begitu kuat yang membebani pundak
kepemimpinan revolusioner. Hanya pandangan yang jelas secara menyeluruh dari
proses revolusioner, yang mampu memberikan kebijakan yang kuat untuk menolak
tekanan-tekanan ini. Para pemimpin Komunis Hungaria yang masih muda dan tidak
berpengalaman tidak memiliki wawasan politik dan keteguhan yang diperlukan,
terombang-ambing, dan kehilangan muka.
Bila
saja mereka mempertahankan kemandirian mereka, mengikuti nasihat Lenin yang
menawarkan sebuah aliansi kerja dengan SDP dan bekerja dengan sabar untuk
meyakinkan kaum buruh Sosial Demokrat mengenai kebenaran ide-ide dan
program-programnya, mereka dapat dengan mulus memenangkan mayoritas kaum buruh
serta elemen-elemen yang paling jujur di antara para pemimpin sosial demokrat,
mengisolasi dan membuang para pengejar karir yang korup. Hasrat untuk mencari
“jalan pintas” yang secara efektif mencegah Partai Komunis dari tindakan
seperti ini.
Pemerintahan
buruh yang baru di Hungaria memiliki serangkaian keuntungan-keuntungan yang
penting. Revolusi, bertentangan dengan semua argumen yang selalu diajukan oleh
kaum reformis tentang kekerasan, seluruhnya terjadi tanpa pertumpahan darah.
Kaum borjuasi terlalu terdemoralisasi dan terguncang untuk bisa menawarkan
perlawanan. Rakyat tidak diragukan mendukung pemerintah baru ini, tidak hanya
kaum buruh dan petani miskin, tetapi juga, tidak seperti di Rusia, mayoritas
kaum intelektual yang, sebagian karena tradisi-tradisi nasional-revolusioner
yang lama, mendukung revolusi tersebut.
Di lain
pihak, Republik Buruh Hungaria lahir pada momen kritis dalam kehidupan
imperialisme dunia. Pondasi dari sistem ini sedang runtuh di bawah pukulan palu
revolusi. Tahun 1919 adalah tahun yang sangat menentukan dalam sejarah umat
manusia. Setelah pergolakan revolusioner di Berlin pada bulan Januari, Austria
memasuki tahap gejolak revolusioner. Sebuah republik soviet yang pendek umurnya
diproklamirkan di Bavaria.
Di
Perancis, suatu periode demobilisasi disertai dengan ketegangan yang ekstrem.
Di Inggris, gerakan buruh dan Triple
Alliance berada pada puncaknya. Ada perjuangan untuk tuntutan
40-jam-kerja dan gerakan “Hands Off Rusia”, pemberontakan di dalam angkatan
bersenjata dan pemberontakan di Clyde.
Sepanjang
tahun ini terjadi gerakan-gerakan pemogokan besar di Belanda, Norwegia, Swedia,
Yugoslavia, Rumania, Cekoslowakia, Polandia, Italia dan bahkan Amerika Serikat.
Dengan kebijakan dan orientasi yang tepat, revolusi Hungaria dapat membawa api
pemberontakan ke dalam jantung Eropa, sebagaimana diketahui dengan baik oleh
para ahli strategi imperialisme .
Tragisnya,
para pemimpin kaum Komunis Hungaria melakukan serangkaian kesalahan yang secara
efektif menutup takdir revolusi. Sebagaimana yang telah ditunjukkan, partai
tersebut memiliki posisi yang sepenuhnya salah mengenai masalah tanah. Ini
sekarang diangkat ke dalam praktik. Dari sembilan juta penduduk republik Soviet
Hungaria, 4,4 juta bekerja di ladang. Ada 5.000 pemilik tanah besar (1% dari
total), yang memiliki tanah lebih banyak daripada 99% lainnya. Ada sejuta “kaum
proletar pedesaan”; sekitar 700.000 keluarga petani kecil; lebih dari 100.000
petani menengah (11,7% dari total) dan sekitar 70.000 rumah tangga kulak (8%
dari total). Sebuah kebijakan agraria yang tepat bisa dan akan menggiring
mayoritas besar petani ke sisi revolusi.
Di
Rusia, UU mengenai tanah merupakan salah satu UU pertama yang dikeluarkan oleh
kaum Bolshevik segera setelah mengambil kekuasaan. Di Hungaria ini memakan
waktu dua minggu bagi pemerintah baru untuk menerbitkan UU tanah - waktu yang
lama dalam situasi revolusioner, yang memberikan elemen-elemen
kontra-revolusioner di desa-desa kesempatan emas untuk menyebarkan rumor yang
menggelisahkan dan propaganda anti-sosialis. Lebih buruk lagi, ketidaksabaran
ultra-kiri dari kaum Komunis Hungaria mengakibatkan sebuah aborsi dalam
reformasi agraria.
Bela
Kun dan kawan-kawannya melihat masalah petani dengan pandangan “ekonomi” yang
sempit. Mereka tidak memahami sifat dialektika mengenai hubungan antara kaum
proletar dan kaum tani dan memandang curiga kebijakan pendistribusian tanah
kepada kaum tani yang dilakukan oleh kaum Bolshevik Rusia, yang dalam jangka
pendek memperkuat perkembangan elemen-elemen pemilik properti kecil di desa-desa,
tetapi berhasil menggembleng massa petani miskin ke bawah panji-panji revolusi
sosialis. “Tibor [Szamuely] dan saya,” tulis Bela Kun setelah kekalahan
revolusi, “percaya bahwa kebijakan agraria kita lebih cerdas daripada kebijakan
Bolshevik Rusia, karena kami tidak membagi perkebunan-perkebunan besar di
antara para petani, tetapi membentuk produksi sosialis, mendasarkan diri kita
pada kaum pekerja di pedesaan dan tidak mengubah mereka menjadi musuh-musuh
proletariat karena kita tidak mengubah mereka menjadi pemilik tanah.”
Ketidaksabaran
dan impresionisme dari para pemimpin Partai Komunis menyebabkan mereka untuk
membesar-besarkan dan mengidealkan unsur-unsur “kesadaran sosialis” di antara
kaum tani Hungaria, seperti yang dilakukan oleh kaum Narodnik Rusia pada abad
sebelumnya. Tibor Szamuely menunjukkan ilusi-ilusi ini pada satu pertemuan di
Rusia pada Mei 1919 dalam sebuah pidato yang dilaporkan dalam Izvestia pada
tanggal 5 Mei:
“Gagasan
pengorganisasian komune-komune memperoleh simpati yang sangat besar. Di antara kaum tani Hungaria
tidak ada kelompok-kelompok yang akan menentang gagasan ini.”
(Penekanan kami - AW)
“Sosialisme Sekarang”
Pada
kenyataannya, kaum tani, karena seluruh modus eksistensinya dan perannya dalam
produksi, merupakan kelas sosial paling tidak mampu mengembangkan kesadaran
kolektif. Beberapa kaum Komunis Hungaria tampaknya memahami kenyataan ini lebih
baik daripada Bela Kun. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam edisi
pertama dari Komunis
International, Laszlo Rudas menunjukkan bahwa kaum tani miskin dan
menengah “pada dasarnya tidak peduli pada nasib kediktatoran proletariat.”
Namun
observasi ini hanyalah benar secara relatif. Mengapa kaum tani miskin dan
menengah Rusia peduli terhadap nasib Negara buruh Rusia? Karena kaum Bolshevik
Rusia telah mendistribusikan tanah kepada para petani, mereka tahu bahwa, dalam
mempertahankan Negara buruh mereka mempertahankan bidang-bidang tanah mereka
melawan pemilik tanah besar yang didukung tentara Putih. “Kesadaran sosialis”
tidak masuk di dalamnya.
Namun
kaum Bolshevik, yang dipimpin oleh Lenin dan Trotsky, menggunakan secara
terampil masalah tanah untuk memenangkan berjuta-juta massa petani ke sisi
revolusi sosialis. Jauh dari menciptakan musuh-musuh dari kaum tani, kebijakan
agraria Bolshevik mengubah mereka menjadi pembela-pembela revolusi yang
antusias. Tanpa aliansi ini, Bolshevik tidak akan bertahan lebih lama daripada
Republik Soviet Hungaria.
Posisi
dari para pemimpin Sosial Demokrat mengenak masalah ini tidaklah lebih baik,
tetapi malah lebih buruk daripada Bela Kun. Nepszava,
sebuah organ dari partai persatuan ini, yang dikontrol oleh kaum Sosial
Demokrat menulis: “Kami bisa bangga mengenai solusi untuk masalah agraria ...
Kami mampu menyelesaikan masalah ini berkat keadaan yang menguntungkan. [!] Di
negara kami, produksi sosialis di sektor pertanian bukanlah sebuah utopia.
Sebagian besar tanah pertanian telah diserahkan ke produksi kolektif.” (6 Juni
1919)
Dalam
prakteknya, kaum birokrat konservatif ini secara alami takut terhadap inisiatif
massa apapun. Bagi elemen-elemen ini, gagasan yang dikemukakan oleh Marx dan
Engels, dan yang dipraktekkan oleh kaum Bolshevik, tentang “edisi kedua dari
Perang Tani” sebagai senjata pelengkap dari revolusi proletar, adalah sesuatu
yang mereka benci. Bersembunyi di balik para pemimpin Partai Komunis mereka
memberikan dukungan mereka terhadap kolektifisasi, bukan karena antusiasme
revolusioner apapun, tetapi untuk menghindari “kekacauan” di desa-desa.
Mereka
melaksanakan reformasi agraria dengan cara yang paling birokratik, merampas
setiap konten dan daya tarik revolusioner dari reforma agraria. Dalam hati
mereka, kaum Sosial Demokrat menentang penyitaan tanah - dalam
tahun-tahun-tahun berikutnya Count Karolyi sendiri mengungkapkan bahwa gagasan
reformasi agraria telah ditentang tidak hanya oleh tuan tanah dan Gereja,
tetapi juga oleh para pemimpin SDP. Hasilnya adalah sebuah aborsi. “Para
Komisar Produksi” dijadikan pemimpin pertanian-pertanian kolektif. Dalam banyak
kasus, mereka tidak lain adalah pemilik tanah sebelumnya. Dia tinggal di rumah
lamanya, dan petani terus memanggilnya sebagai “tuan”.
Bagaimana
mungkin situasi seperti ini membuat perasaan yang responsif dalam hati para
petani miskin dan buruh tani? Sejauh yang mereka bisa lihat, secara fundamental
tidak ada yang berubah dari sebelumnya. Hal ini menjelaskan ketidakpedulian
kaum tani miskin dan menengah akan nasib revolusi.
Kaum
miskin desa tidak yakin dengan situasi yang baru, yang sangat mirip dengan apa
yang ada sebelumnya, meskipun namanya telah berubah. Para pemilik pertanian
kecil tersebut curiga terhadap niat pemerintah dan mudah sekali dipengaruhi
oleh propaganda dari para petani kaya serta para tuan tanah bahwa pemerintah
hendak menasionalisasi tanah mereka juga. Sedangkan kebijakan Lenin telah
berhasil memisahkan para petani kecil dari para petani kaya, kebijakan Bela Kun
“yang lebih cerdas” hanya berhasil menyatukan petani kecil dan petani kaya
dalam blok yang memusuhi dan menentang revolusi.
Kegagalan
dalam kebijakan agraria memiliki dampak yang serius di bidang lain. Pemerintah,
sadar akan permusuhan atau ketidakpedulian dari mayoritas petani, tidak merasa
cukup percaya diri untuk melakukan rekuisisi gabah, seperti yang telah
dilakukan kaum Bolshevik di Rusia. Hal ini menyebabkan kesulitan yang serius
dalam menyuplai kota-kota dan Tentara Merah dengan makanan dan pakaian dalam
bulan-bulan kritis yang menyusul. Ini merupakan satu kesalahan yang
fundamental.
Dalam
bulan-bulan berikutnya, pemerintah, daripada mengkonsentrasikan seluruh
usahanya untuk memperluas basis dukungannya dan melancarkan serangan yang tegas
terhadap kelompok-kelompok kontra-revolusioner, malah membuang-buang enerjinya
pada hal-hal sekunder. Di bawah tekanan yang terus-menerus dari Lenin, delapan
jam kerja dalam sehari diperkenalkan bersama-sama dengan sejumlah reforma
praktis untuk meningkatkan standar hidup rakyat.
Tapi
banyak waktu yang terbuang untuk berbagai parade, pidato dan perayaan. Pada
saat kekuatan-kekuatan reaksi tengah berkumpul di perbatasan dan di dalam
Hungaria, para menteri menjeburkan diri ke dalam seribu satu proyek-proyek
kultural. Lenin merasa berkewajiban untuk menegur Laszlo Rudas mengenai
keserampangan para pemimpin Partai Komunis Hungaria:
“Kediktatoran
[proletariat] macam apa ini, mensosialisasikan teater-teater dan
kelompok-kelompok musikal? Apakah anda benar-benar berpikir bahwa ini adalah
tugas yang paling penting sekarang?” (Szabad NEP, 21 Januari, 1949)
Republik
Soviet Hungaria, yang telah menaklukkan kekuasaan dengan begitu mudah, kini
menemukan dirinya dalam posisi lemah untuk melawan serangan reaksi.
Pemerintahan dibentuk dari 13 anggota, hanya empat orang yang merupakan kaum
Komunis. Mereka meniru semua bentuk eksternal dari Revolusi Rusia (yang telah
diperingatkan oleh Lenin), termasuk pembentukan sebuah inspektorat kaum tani,
dan bahkan memberi Lenin gelar “Presiden Terhormat” dari soviet Budapest! Di
sisi lain, Tentara Merah, yang didirikan dengan dekrit pada tanggal 30 Maret
sesungguhnya hanya tentara lama di bawah nama baru, diletakkan di bawah kontrol
Pogany, seorang kaum Sosial Demokrat, dan dikelola oleh perwira-perwira dari
rezim sebelumnya. Sebagian besar para komisaris di dalam angkatan bersenjata
adalah kaum Sosial Demokrat, termasuk komisaris utama, Moor.
Milisi
Merah memasukkan seluruh detasemen polisi lama. Dengan cara ini, daripada
sepenuhnya menghancurkan aparatus negara lama, unsur-unsur utama dari negara
lama dilestarikan di bawah nama baru. Hanya secara perlahan-lahan tentara dan
milisi dibersihkan dari elemen-elemen reaksioner lama. Sementara itu, waktu tak
ternilai harganya terbuang dalam perang melawan reaksi.
Dalam
133 hari keberadaannya, republik Soviet mengeluarkan tidak kurang dari 531
dekrit. Jika revolusi dapat dimenangkan dengan kertas, kaum pekerja Hungaria
tidak akan pernah kalah. Sialnya bagi Bela Kun, kaum reaksioner bertempur
dengan peluru yang sesungguhnya, bukan dengan kertas.
Juga
dalam front ekonomi, ketidaksabaran dari para pemimpin Partai Komunis
mengakibatkan masalah besar. Setelah revolusi Oktober Bolshevik hanya
menasionalisasi bank-bank dan industri-industri besar. Ini sudah cukup untuk
mengkonsentrasikan seluruh tuas-tuas fundamental ekonomi ke tangan negara buruh
dan tugas-tugas yang lebih kompleks untuk mengintegrasikan perusahaan-perusahaan
kecil dan menengah ke sektor yang telah dinasionalisasi bisa berlangsung dengan
lebih lambat, dengan kecepatan yang lebih teratur.
Namun,
keinginan Bela Kun untuk “lebih hebat” dari kaum Bolshevik, menyebabkan Negara
buruh Hungaria menasionalisasi, tanpa kompensasi, semua bisnis dengan lebih
dari 50 karyawan lima hari setelah berkuasa. Ini mencoba melakukan terlalu
banyak, terlalu cepat, di sebuah negara terbelakang di mana industri skala
besar masih mewakili sektor yang relatif kecil.
Bahkan,
dalam waktu satu bulan, tidak kurang dari 27.000 bisnis-bisnis yang
dinasionalisasi, banyak dari bisnis-bisnis tersebut memiliki kurang dari dua
puluh pekerja. Memang benar bahwa inisiatif nasionalisasi ini biasanya datang
dari kaum pekerja itu sendiri. Pemerintah dibanjiri dengan tuntutan dari kaum
pekerja yang meminta untuk diambil alih. Bahkan pembuat rambut palsu ingin
dinasionalisasi.
Tetapi
gagasan dari para pemimpin Partai Komunis Hungaria untuk memperkenalkan
“sosialisme sekarang juga” tanpa mempertimbangkan masalah transisi dari
kapitalisme ke sosialisme menimbulkan kesulitan yang serius. Tanpa persiapan
yang memadai dan pengembangan teknologi yang cukup, nasionalisasi ribuan usaha
kecil adalah bunuh diri dan membawa dislokasi ekonomi yang cukup besar. Langkah-langkah
seperti pengambil alihan seluruh taksi yang didekritkan di Budapest dan
kota-kota lainnya tanpa melihat jumlah karyawan membuat gusar seksi-seksi
penting dari kelas menengah, produsen kecil dan pengrajin.
Kesalahan
yang dilakukan oleh kaum Komunis Hungaria secara serius melemahkan revolusi
dalam menghadapi ancaman yang tumbuh dari kekuatan reaksi. Kekuatan-kekuatan
imperialis, yang bertemu di Konferensi Perdamaian Paris, memahami betul bahaya
yang ditimbulkan oleh “masalah Hungaria”. Kemungkinan intervensi bersenjata
diajukan. Tetapi kelemahan imperialisme pada saat itu terungkap oleh
ketidakmampuan mereka untuk campur tangan secara langsung terhadap revolusi
Hungaria.
Alih-alih
Inggris, Perancis dan imperialis Amerika Serikat terpaksa mengandalkan jasa
dari borjuasi Ceko, Rumania dan Perancis untuk melakukan pekerjaan kotor
mereka. Pada tanggal 16 April pemerintah Rumania melancarkan serangannya, yang
segera menunjukkan kelemahan dan ketidaksiapan Republik Soviet Hungaria.
“Tentara Merah”, yang terdiri atas tentara dan perwira rezim lama luluh lantak,
sejumlah seksi membelot ke pihak musuh.
Intervensi-intervensi Imperialisme
Tentara
Rumania menembus masuk ke dalam wilayah Hungaria tanpa menemui perlawanan yang
serius. Untuk memperkuat serangan, Serbia, disemangati oleh Sekutu, menyerang
Hungaria selatan, sementara borjuis “demokratis” Ceko juga ikut bergabung,
menyerang di wilayah Barat dengan pasukan yang dipimpin oleh para perwira
Perancis dan Italia.
Times tanggal 7 Mei 1919 menyuarakan
tujuan kaum imperialis yang menuntut penyerahan Hungaria, pelucutan senjata
Tentara Merah, dan pengunduran diri pemerintah serta pendudukan negara oleh
pasukan Sekutu. Pada saat tanda bahaya yang pertama, kaum Sosial Demokrat di
pemerintah sudah ingin menyerah. Wilhelm Bohm, salah satu pemimpin utama SDP,
dan mantan kepala Tentara Merah, sudah menyusun rencana menyerah.
Aksi-aksi
yang meruntuhkan semangat dari para pemimpin buruh sayap kanan ini melumpuhkan
pemerintahan tersebut pada saat yang menentukan. Tidak diragukan lagi, bila
semua masalah dibiarkan di tangan mereka, Budapest akan diduduki oleh kaum
Putih tanpa perlawanan.
Namun,
kaum proletar di Budapest yang heroik sekali lagi mengambil kendali, memaksa
pemerintah untuk mengubah arah. Dalam seluruh rangkaian pertemuan massa, kaum
pekerja mengabaikan permintaan dari Bohm dan perwira lain serta memilih untuk
melawan. Iuran digalakkan di seluruh pabrik-pabrik besar dan barisan-barisan
buruh dikirim dari distrik-distrik buruh ke garis depan. Dalam beberapa hari,
berkat inisiatif yang luar biasa dari kaum pekerja, ribuan relawan bergabung
dengan Tentara Merah - buruh pabrik, buruh kereta api, juru tulis, tukang pos, office boy, yang
mengubah seluruh situasi dalam waktu 24 jam.
Tentara
Merah diorganisir di atas basis yang baru. Dan pada tanggal 2 Maret kaum
pekerja di Budapest berhasil mendesak mundur pasukan penyerang sepanjang garis
pertempuran. Dalam kampanye yang brilian selama tujuh hari ini, Tentara Merah
kaum proletar bergerak dari bertahan ke menyerang, merebut kembali kota-kota
dan desa-desa dari musuh, menghadapi lawan yang sangat tangguh.
Tentara
Ceko terlempar ke dalam kepanikan karena serangan ini. Wilayah luas dari
Slowakia dibebaskan, dan pada tanggal 16 Juni, sebuah republik Soviet Slovakia
diproklamirkan.
Akan
tetapi, pengerahan tenaga yang heroik dari kaum pekerja Hungaria terus-menerus
dirongrong oleh para pemimpin SDP dalam pemerintahan, yang kini memulai
kampanye sistematis mengkritik dugaan-dugaan “metode keras” dan “kekejaman yang
berlebihan”. Dalam kenyataannya, tidak seorang pun bisa menuduh kaum pekerja
Hungaria melakukan kekejaman yang membabi buta. Justru sebaliknya.
Revolusi
Hungaria sudah terlalu sabar dengan musuh-musuhnya, dan sekarang harus membayar
harga yang mahal. Menolak “tindakan-tindakan keras” di tengah-tengah perang
sipil yang berdarah dan mengerikan sama saja dengan menyerah kepada musuh.
Bahkan pemerintahan borjuis parlementer yang paling demokratis pun tidak akan
membiarkan propaganda yang melemahkan di saat perang. Namun kaum pekerja
Hungaria harus bertempur di dua front: melawan kelas musuh secara terbuka di
garis depan dan agen-agen musuh yang munafik yang sedang berusaha keras
merongrong upaya-upaya perang dari posisi kunci dalam pemerintahan itu sendiri.
Terlalu
terlambat, para pemimpin Partai Komunis dalam menyadari kesalahan mengenai
penyatuan. Bela Kun menggerutu tentang kaum Sosial Demokrat dan mengisyaratkan
perlunya perpecahan pada saat dimana suatu persatuan yang kokoh dan ketegasan
kepemimpinan diperlukan untuk melawan perang. Pemerintah dipenuhi perpecahan.
Kaum Sosial Demokrat menguasai mayoritas dari semua lembaga-lembaga terkemuka
dari partai “persatuan”, dengan sedikit sekali pengecualian. Mereka
mengendalikan “Dewan Pemerintah Revolusioner”nya.
Kaum
pengejar karir ini, yang telah mendukung “kediktatoran proletariat” guna
mengamankan posisi mereka, sekarang memutuskan untuk tidak mendukung pihak yang
kalah, dan sedang sibuk “memperbaiki hubungan” dengan pihak lain. Mereka
berusaha sebisa mungkin memisahkan diri mereka dari “kaum Bolshevik” yang akan
mereka salahkan untuk keseluruhan peristiwa ini, dan untuk membaharui lagi
kredensial mereka sebagai politisi borjuis “demokratis” yang benar-benar tidak
bermaksud jahat dan berpartisipasi dalam revolusi dalam rangka untuk “menghindari
ekses-ekses” dan memastikan semuanya ada dalam kendali.
Perpecahan
dengan kaum Sosial Demokrat tidak terjadi karena para pemimpin Partak Komunis,
kendati tekanan dari Komunis Internasional untuk melawan para pemimpin SDP
secara terbuka, goyah dan mundur di bawah tekanan.
Aktivitas
SDP dalam pemerintahan telah memberikan lampu hijau bagi imperialisme. Atas
inisiatif Presiden Wilson, sang “jawara Rakyat”, Konferensi Perdamaian Paris,
yang sekarang benar-benar khawatir akan keberhasilan Tentara Merah, mengirim
ultimatum lebih lanjut ke Budapest pada pada tanggal 8 Juni, menuntut
penghentian serangan Tentara Merah dan mengundang Pemerintah Hungaria ke Paris
untuk “mendiskusikan perbatasan Hungaria.” Catatan tersebut disertai dengan
ultimatum kedua, mengancam penggunaan kekuatan jika syarat-syarat ini tidak
diterima.
Ultimatum
baru ini digunakan oleh Bohm dan kawan-kawannya untuk meluncurkan kampanye baru
untuk “perdamainan dengan ongkas apapun.” Di bawah tekanan, Bela Kun kembali
mengulur-ulur dan menganjurkan gencatan senjata. Pada tanggal 18 Juni, Lenin
mengirim telegram yang mana ia menjelaskan bahwa walaupun bernegosiasi dengan
Sekutu, dalam dan dari dirinya sendiri, merupakan sebuah taktik yang tepat
untuk mendapatkan ruang bernapas, tidak ada kepercayaan apa pun yang dapat
ditempatkan dalam Sekutu dan dalam tawaran perdamaian mereka. Dalam
kenyataannya, tidak ada jaminan sedikit pun bahwa janji-janji sekutu akan
dipenuhi bila ultimatum diterima.
Dengan
tentara-tentara asing yang masih berada di tanahnya, revolusi diminta untuk
melucuti dirinya atas dasar kekuatan secarik kertas. Namun pada tanggal 26
Juni, perundingan dimulai, dan Tentara Merah mulai menarik diri.
Ada
momen-momen psikologis yang menentukan dalam sejarah revolusi, seperti dalam
pemogokan. Penyerahan posisi kemenangan yang sudah diperoleh dengan susah payah
tanpa suatu perlawanan mempunyai dampak celaka pada Tentara Merah. Republik
Soviet Slovakia yang bernasib malang diserahkan ke tangan musuh-musuhnya.
Semangat kaum pekerja dan petani mengalami pukulan. Lenin telah memperingatkan
terhadap bahaya ilusi dalam “niat baik” Sekutu, dan sekarang rakyat Hungaria
terjungkir jatuh ke dalam perangkap. Sebagaimana kemudian Bela Kun sendiri
mengakui:
“Kami
tidak menjawab maneuver-manuver Clemenceau dengan konter-manuver. Kami tidak
berupaya mengulur waktu dengan memperpanjang negosiasi. Kami bahkan tidak
mencoba untuk memaksa mereka menerima negosiasi-negosiasi semacam itu, tapi
hanya melaksanakan semua yang mereka minta, tanpa sedikit jaminan apapun, tanpa
memperhitungkan kemungkinan disintegrasi tentara bila kita mundur.”
Pemerintahan Teror
Nasib
dari revolusi Hungaria sekarang telah terkunci. Pada tanggal 24 Juni ada
percobaan pemberontakan kontra-revolusioner di Budapest yang dipimpin oleh kelompok
yang menamakan dirinya “Sosial Demokrat Nasional”, yang dikalahkan dalam waktu
24 jam. Pada tanggal 20 Juli, Clemenceau mengeluarkan pernyataan lebih lanjut,
yang menyatakan bahwa pemerintah Hungaria “tidak berkompeten untuk
bernegosiasi” dan menuntut pembentukan pemerintahan baru yang tidak
mengikutsertakan Partai Komunis dan terdiri dari “para pemimpin buruh yang
bertanggung jawab.” Para pemimpin SDP bersemangat menerima tuntutan tersebut,
seperti yang sudah bisa diduga.
Sebelumnya
mereka melindungi diri di belakang Partai Komunis, tapi sekarang pendulum sudah
berayun ke arah lain dan Bela Kun serta kawan-kawannya sudah tidak berguna
lagi. Di sini sekali lagi, para pemimpin Partai Komunis memperlihatkan kenaifan
dan kebingungan yang ekstrem. Alih-alih melakukan perlawanan untuk mengekspos
manuver dari para pemimpin SDP (yang, kebetulan, secara langsung berhubungan
dengan militer Prancis, Inggris, Italia dan AS di Budapest), mereka akhirnya
setuju untuk mengundurkan diri “demi mencegah pertumpahan darah yang tidak
berguna.”
Sebuah
kudeta telah terjadi tanpa melepas satu tembakan pun. Para pemimpin buruh “yang
bertanggung jawab” ini memusatkan semua kekuasaan di tangan mereka dengan
maksud untuk menyerahkan kembali kekuasaan secepat mungkin kepada tuan tanah
dan kapitalis.
Dengan
episode ini, kontra-revolusi sudah tidak dapat terelakkan. Pemerintahan Sosial
Demokrat tergesa-gesa membatalkan seluruh kebijakan-kebijakan yang dilahirkan
oleh revolusi. Perusahaan-perusahaan yang telah dinasionalisasi diserahkan
kembali ke pemilik lama. Pencapaian-pencapaian kaum pekerja dan petani dihapus.
Banyak anggota Partai Komunis yang ditangkap, sedangkan elemen-elemen
kontra-revolusioner dibebaskan dari penjara. Dalam kebutaan reformisnya, para
pemimpin buruh sayap kanan membayangkan bahwa aksi-aksi ini akan membuatnya
dicintai kaum Putih dan memungkinkannya untuk membuat perdamaian mereka dengan
reaksi yang tengah berjaya. Ilusi yang sia-sia! Pada tanggal 6 Agustus,
pemerintah baru itu sendiri digulingkan oleh segelintir petualang militer.
Disorientasi dan tidak ada pemimpin, kaum proletar yang heroik di Budapest
tidak berdaya untuk memberikan perlawanan.
Dengan
masuknya tentara Rumania ke Budapest, sebuah pemerintahan teror mulai melawan
kelas pekerja Hungaria. Para tuan tanah dan kapitalis membalas dendam atas
ketakutan yang pernah mereka alami dengan tanpa memikirkan atau
mempertimbangkan “tindakan zalim yang kejam.” Tentara Merah yang terluka
diseret dari rumah sakit dan dibunuh. Kaum Putih menggunakan cara yang paling
barbar, model penyiksaan abad pertengahan, 5.000 orang kehilangan nyawa dalam
periode ini. Dan para Pontius Pilatus “gradualisme”, para pemimpin buruh
reformis yang dengan keras telah memprotes “ekses-ekses” dari kaum pekerja dan
petani itu kini memandang ke arah lain, membenarkan pembunuhan dan penindasan
dalam cara yang paling pengecut untuk mempertahankan pekerjaan dan hak-hak
istimewa mereka.
Kekalahan
Revolusi Hungaria tahun 1919 merupakan pukulan berat bagi kelas pekerja
internasional. Revolusi Rusia tetap terisolasi di sebuah negara yang
terbelakang, dan fakta ini menentukan degenerasi-degenerasi selanjutnya dari
negara buruh pertama di dunia. Namun kekalahan ini bukanlah sesuatu yang tidak
terelakkan. Meskipun sulit mempertahankan sebuah negara kecil tanpa pertahanan
yang kuat, sebuah kebijakan yang benar dapat memberikan hasil yang berbeda.
Khususnya kegagalan untuk mengadopsi sebuah kebijakan agraria yang tepat
berarti bahwa Revolusi Hungaria tidak memiliki daya tarik bagi para serdadu
tani dari Rumania, Ceko dan Serbia. Namun kemungkinan ini ada. Ketika itu,
batalion tentara Rumania ke-4, 9, dan 161 sudah menolak untuk menyerang. Selama
perang ada pemogokan-pemogokan besar dari kaum pekerja Rumania di Ploesti,
Bukares, dll. Selama perang tersebut koran Austria Deutsche Volksblatt melaporkan
kekecewaan dan ketidakpuasan di antara pasukan penyerang:
“Dalam
pasukan Rumania dan Ceko ada ketidakdisiplinan yang begitu nyata, dan ide-ide
Bolshevik tersebar di tengah-tengah mereka, yang dinyatakan oleh sebuah fakta
bahwa gerakan buruh dan tani Bessarablia telah berbalik melawan pemerintah
Rumania.”
Sekitar
8.000 pasukan Ceko juga menolak untuk melawan dan secara massal melarikan diri
dari Carpathia ke Galitsia dimana mereka ditahan oleh Polandia. Ada juga beberapa
kasus fraternisasi di garis depan Yugoslavia. Semua ini menunjukkan apa yang
mungkin terjadi jika kaum Komunis Hungaria mengejar kebijakan-kebijakan yang
tepat dalam revolusi.
Hari
ini, 60 tahun kemudian, kendati semua kesalahannya, pengalaman singkat dari
republik Soviet Hungaria merupakan sumber inspirasi bagi seluruh kaum sosialis
dan kaum pekerja yang sadar. Hanya dengan menganalisa kesalahan di masa lalu
maka kita akan bisa mendidik generasi sekarang dan menyiapkannya untuk
tugas-tugas pada periode mendatang yang akan terjadi sekali lagi di gerakan
buruh Inggris dan internasional.
Diterjemahkan
dari “The
Hungarian Soviet Republic of 1919: The Forgotten Revolution.” Alan
Woods, 12 November 1979
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar