KAUM INTELEKTUAL DAN SOSIALISME (1910) BAB 1V

Diposting oleh poentjak harapan on Sabtu, 17 Maret 2012



Kita tetap harus memperjelas satu aspek lainnya, yang akan mendukung dan menentang Adler.
Satu-satunya cara untuk menarik kaum intelektual ke sosialisme, menurut Adler, adalah dengan mengedepankan tujuan akhir dari gerakan sosialis, di dalam keseluruhannya. Tetapi tentu saja Adler tahu bahwa tujuan akhir ini menjadi semakin jelas dan menjadi semakin lengkap seiring dengan progres konsentrasi industri, proletarianisasi strata menengah dan intensifikasi antagonisme kelas. Terpisah dari kehendak para pemimpin politik dan perbedaan-perbedaan dalam taktik nasional, di Jerman “tujuan akhir” ini berdiri dengan jauh lebih jelas dan lebih segera dibandingkan di Austria dan Itali. Tetapi proses sosial yang sama ini, yakni intensifikasi pertentangan antara buruh dan kapital, mencegah kaum intelektual dari menyeberang ke partai buruh. Jembatan antara kelas-kelas runtuh, dan untuk menyeberang, seseorang harus melompati sebuah jurang yang semakin dalam seiring dengan berlalunya waktu. Oleh karena ini, pararel dengan kondisi-kondisi yang secara objektif membuat lebih mudah kaum intelektual untuk memahami secara teori esensi dari kolektivisme, halangan-halangan sosial tumbuh semakin besar yang mencegah kaum intelektual untuk bergabung dengan pasukan sosialis. Bergabung dengan gerakan sosialis di negara maju manapun, dimana kehidupan sosial eksis, bukanlah sebuah tindakan spekulatif, tetapi sebuah tindakan politik, dan disini kondisi sosial menang melawan logika teori. Dan akhirnya ini berarti bahwa sekarang lebih sulit untuk memenangkan kaum intelektual dibandingkan kemarin, dan akan lebih sulit esok hari dibandingkan sekarang.
Akan tetapi, di dalam proses ini juga ada sebuah “perpecahan di dalam proses yang berjalan lambat ini”. Sikap kaum intelektual terhadap sosialisme, yang sudah kita jelaskan sebagai sikap yang terasingkan yang semakin membesar dengan tumbuhnya gerakan sosialis, dapat dan harus berubah secara pasti sebagai akibat dari perubahan politik secara objektif yang akan menggeser perimbangan kekuatan sosial secara radikal. Di antara gagasan-gagasan Adler, sebanyak ini yang benar: bahwa kaum intelektual ingin mempertahankan eksploitasi kapitalis tidak secara langsung dan tidak tanpa syarat, selama kaum intelektual secara materi tergantung pada kelas kapitalis. Kaum intelektual bisa menyeberang ke kolektivisme bila mereka dapat melihat kemungkinan kemenangan kolektivisme yang segera, bila kolektivisme muncul di hadapan mereka bukan sebagai sebuah idealisme dari kelas yang berbeda, jauh, dan asing [baca kelas buruh – ed.] tetapi sebagai sesuatu yang dekat dan nyata; dan akhirnya, bila – dan ini bukan kondisi yang paling tidak penting – perpecahan politik dengan kelas borjuis tidak mengancam setiap pekerja-otak dengan konsekuensi materi dan moral yang menyeramkan. Kondisi-kondisi seperti itu hanya bisa diciptakan bagi kaum intelektual Eropa melalui kekuasaan politik sebuah kelas sosial yang baru; dan sedikit banyak melalui sebuah periode perjuangan langusng dan segera untuk kekuasaan tersebut. Apapun yang menjadi sebab keterasingan kaum intelektual Eropa dari rakyat pekerja – dan keterasingan ini akan tumbuh semakin besar, terutama di negara-negara kapitalis muda seperti Austria, Itali, dan negara-negara Balkan – di sebuah epos rekonstruksi sosial yang hebat kaum intelektual – mungkin lebih awal dari pada kelas-kelas intermediate lainnya – menyeberang ke sisi pembela masyakarat yang baru. Sebuah peran yang besar akan dimainkan oleh kualitas sosial kaum intelektual dalam koneksinya dengan ini, yang membedakan mereka dari kelas borjuis kecil komersial dan industrial dan kelas tani: hubungan okupasinya dengan cabang kebudayaan kerja sosial, kapasitasnya dalam menggeneralisasi teori, fleksibilitas dan mobilitas cara berpikirnya; pendeknya, intelektualitas mereka. Dihadapi dengan kenyataan pemindahan seluruh aparatus masyarakat ke tangan yang baru [baca kelas buruh – Ed.], kaum intelektual Eropa akan mampu meyakinkan diri mereka bahwa kondisi baru yang tercipta ini tidak akan mencampakkan mereka ke jurang dalam tetapi justru akan membuka peluang-peluang yang tak terbatas bagi mereka untuk mengaplikasikan kekuatan-kekuatan teknik, organisasi, dan ilmiah; dan mereka akan bisa membawa ke depan kekuatan-kekuatan tersebut dari barisan mereka, bahkan pada periode awal yang sangat kritis ketika rejim yang baru harus menghadapi kesulitan-kesulitan teknik, sosial, dan politik yang besar.
Tetapi bila penaklukan aparatus masyarakat tergantung sebelumnya pada bergabungnya kaum intelektual ke partai kaum proletar Eropa, maka prospek kolektivisme sangatlah buruk – karena, seperti yang sudah kita coba tunjukkan di atas, bergabungnya kaum intelektual ke Sosial Demokrasi di dalam kerangka rejim borjuis, berlawanan dengan harapan-harapan Max Adler, menjadi semakin mustahil seiring dengan berlalunya waktu.
(Sumber: The Intelligentsia and Socialism. Pertama kali diterbitkan di The New International Vol 4. No.8, Agustus 1938, hal. 249-250).

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar