Dalam
bagian kedua wawancara dengan Alan Woods oleh majalah Sudestada dari Argentina,
Alan Woods menjelaskan peran Oposisi Kiri dan Leon Trotsky dalam melawan Stalin
dan mempertahankan panji Revolusi Oktober.
T:
Anda telah mengatakan bahwa peran individual dalam sejarah tidak boleh
diremehkan, tapi apa yang menentukan atau yang utama bukanlah kepribadian dari
para protagonis. Dalam pengertian itu, apakah Trotsky dan Oposisi Kiri
mempunyai suatu alternatif untuk mencegah konsolidasi birokrasi di dalam Negara
selain dari apa yang mereka pertahankan?
AW:
Materialisme-sejarah mengajar kita untuk melihat melampaui pemain-pemain
individu di panggung sejarah dan menelaah sebab-sebab yang lebih mendalam. Ini
sama sekali tidak menyisihkan peran individu-individu dalam sejarah. Dalam
momen-momen tertentu, peran seorang pria atau wanita bisa menjadi menentukan.
Kita dapat mengatakan dengan pasti bahwa tanpa kehadiran Lenin dan Trotsky
(khususnya yang pertama) pada tahun 1917, Revolusi Oktober mungkin tidak akan
pernah terjadi.
Tapi,
individu-individu hanya dapat memainkan peran seperti itu manakala semua syarat
lainnya ada. Jalinan fakta-dan-kondisi pada 1917 memampukan Lenin dan Trotsky
untuk memainkan peran yang menentukan. Tapi orang-orang yang sama ini telah
hadir untuk lebih dari dua dekade sebelumnya dan tidak mampu memainkan peran
yang sama. Dalam cara yang sama, ketika Revolusi surut, kendati kemampuan
personal mereka yang sangat hebat, Lenin dan Trotsky tidak mampu mencegah
kemerosotan birokratik dari Revolusi. Ini disebabkan oleh kekuatan-kekuatan
obyektif yang terhadapnya pemimpin-pemimpin yang paling hebat pun tidak
berdaya.
Kebetulan
sering memainkan peran dalam sejarah. Bila bukan karena sakit, Lenin tentu akan
menghadiri Kongres dan barangkali Stalin akan tersingkir. Tapi, adalah mustahil
untuk memahami proses-proses historis yang besar dalam terma individual,
“orang-orang hebat”, dsb. Marxisme berupaya menganalisa sejarah dalam terma
perkembangan tenaga-tenaga produktif dan hubungan-hubungan klas yang muncul
daripadanya. Bahkan bila Lenin berhasil memenangkan suatu mayoritas dalam
Kongres, barangkali itu sekadar sebuah penundaan sementara dari naiknya
birokrasi, yang berakar dalam kondisi-kondisi obyektif. Pada 1926 dalam sebuah
rapat Oposisi Bersatu, janda Lenin, Krupskaya, berkata: “Bila Vladimir Ilyich
masih hidup sekarang, ia akan ada di salah satu penjaranya Stalin.”
T:
Apa kiranya yang bakal menjadi dampak di Uni Soviet dari kemenangan
revolusioner di Jerman pada 1923?
AW:
Penyebab utama degenerasi birokratik Negara Soviet adalah terisolasinya
revolusi dalam kondisi-kondisi keterbelakangan yang ekstrim. Lama sebelumnya
Marx menulis dalam German
Ideology bahwa di mana kemiskinan bersifat umum “semua sampah yang
lama akan bangkit kembali”. Dengan ini ia maksudkan kejahatan-kejahatan
ketidaksetaraan, korupsi, birokrasi, dan hak istimewa.
Lenin
dan Trotsky tahu dengan sangat baik bahwa semua syarat material untuk
sosialisme tidak ada di Rusia. Sebelum 1924 tidak seorang pun mempertanyakan
preposisi elementer ini. Kaum Bolsheviks mendasarkan diri mereka pada
perspektif perluasan revolusi ke negeri-negeri kapitalis maju Eropa, khususnya
Jerman. Bila revolusi Jerman berhasil – yang seharusnya bisa berhasil pada 1923
– seluruh situasi di Rusia kiranya akan berbeda.
Berdasarkan
sebuah federasi sosialis, yang menyatukan potensi produktif yang sangat besar
di Jerman dengan cadangan bahan mentah dan tenaga manusia yang luar biasa besar
di Rusia, syarat-syarat material massa-rakyat tentulah akan ditransformasi. Di
bawah kondisi seperti itu kemunculan birokrasi akan terhentikan, dan faksi
Stalin tidak akan mampu merebut kekuasaan. Semangat juang klas pekerja Soviet
akan dibangkitkan kembali dan keyakinannya terhadap revolusi dunia akan
dipulihkan.
Kita
harus ingat bahwa dalam kurun-waktu 1923-9, proses-proses kemerosotan
birokratik tidak terkonsilidasi dengan cara apapun. Fakta ini tercermin dalam
serangkaian zigzag yang mencirikan kebijakan-kebijakan Stalin dan faksinya baik
dalam kebijakan dalam dan luar negeri di sepanjang kurun waktu ini. Pada
1923-28, Stalin mengadopsi kebijakan sayap kanan, yang dicirikan oleh suatu
adaptasi terhadap para kulak
(kaum tani kaya) dan nepmen
(para spekulan) di Rusia dan suatu adaptasi kepada kaum reformis dan
borjuasi-kolonial dalam kebijakan luar negeri. Ini menempatkan Rusia pada
bahaya yang serius. Secara internal, kebijakan ini menguatkan para kulak dan
unsur-unsur borjuis lainnya dengan mengorbankan para pekerja. Secara eksternal,
ini menjerumuskan Komunis Internasionalise ke dalam serangkaian kekalahan.
Ini
bukan berarti Stalin dengan sadar mengorganisir kekalahan Revolusi Jerman pada
tahun 1923, atau kekalahan Revolusi Tiongkok pada 1923-7. Sebalikknya, ia
menginginkan keberhasilan revolusi-revolusi ini. Tapi kebijakan-kebijakan
oportunis sayap kanan yang dipaksakannya kepada Komunis Internasionale atas
nama Sosialisme di dalam Satu Negeri memastikan kekalahan dalam seiap kasus.
Secara
dialektis, sebab menjadi efek dan sebaliknya. Keterisolasian Revolusi Rusia
adalah penyebab akhir dari kemunculan birokrasi dan faksi Stalin.
Kebijakan-kebijakan yang salah dari yang faksi Stalin menghasilkan kekalahan
Revolusi-revolusi Jerman dan Tiongkok (dan kekalahan-kekalahan lainnya di
Estonia, Bulgaria, Inggris, dsb.). Kekalahan-kekalahan ini mengkonfirmasi
keterisolasian Revolusi dan menyebabkan demoralisasi yang mendalam dari para
pekerja Soviet, yang kehilangan semua pengharapan bahwa para pekerja Eropa akan
datang untuk membantu mereka.
Ini
berakibat pada konsolidasi birokrasi dan Stalinisme, yang hanya merupakan
ekspresi politik dari kepentingan-kepentingan material birokrasi. Pada
gilirannya ini mengakibatkan kekalahan-kekalahan lebih jauh dari revolusi
internasional (Jerman, Spanyol), yang mempersiapkan arena bagi Perang Dunia
Kedua yang menempatkan USSR pada bahaya yang sangat besar.
T:
Dalam padangan Anda, apakah keberhasilan dan kegagalan Oposisi Kiri manakala
Oposisi Kiri masih merupakan bagian dari Partai?
AW:
Dalam seiap perjuangan seseorang dapat menunjuk pada kesalahan ini atau
kesalahan itu. Tapi adalah keliru untuk menyalahkan kekalahan Oposisi Kiri pada
kesalahan-kesalahan penilaian subyektif. Faktanya, Trotsky terbukti benar dalam
semua pertanyaan yang mendasar: tentang Revolusi-revolusi Jerman dan Tiongkok,
tentang bahaya kulak, tentang industrialisasi dan rencana lima tahun, dan
seterusnya. Di lain pihak, Stalin membuat kesalahan-kesalahan besar pada setiap
isu tersebut. Tapi Stalin mengalahkan Trotsky dan Oposisi Kiri. Bagaimana
seseorang dapat menjelaskan hal ini?
Pada
1923 Trotsky meluncurkan Platform Oposisi, yang berdasarkan suatu pembelaan
atas prinsip-prinsip Leninis tentang demokrasi pekerja dan internasionalisme
proletarian. Ia memulai sebuah perjuangan melawan kecenderungan-kecenderungan
birokratik dalam Negara dan Partai. Ini merupakan awal dari Oposisi Kiri dalam
Uni Soviet dan secara internasional. Perjuangan antara Oposisi Kiri dan faksi
Stalin pada dasarnya merupakan perjuangan klas, yang mencerminkan
kepentingan-kepentingan yang bertentangan di antara klas pekerja dan birokrasi
yang sedang muncul.
Trotsky
berupaya mendasarkan dirinya pada klas pekerja, tapi klas pekerja telah
kehabisan tenaga karena tahun-tahun perang yang panjang, revolusi dan perang
sipil. Jam-jam kerja yang panjang dalam pabrik-pabrik yang dingin beku, upah
kecil, dan kemiskinan yang umum meremukkan kelas pekerja. Para pekerja Soviet
menjadi apati. Mereka tidak lagi berpartisipasi dalam Soviet-soviet, yang
menjadi semakin terbirokratisasi. Dengan setiap langkah mundur dari revolusi
dunia, para pekerja menjadi semakin kecewa dan kasta baru dari kaum birokrasi
Soviet menjadi semakin percaya diri dan kurang ajar.
Alasan
mengapa Stalin berjaya bukan karena kesalahan apapun di pihak Oposisi,
sebagaimana dibayangkan oleh para sejarawan borjuis yang dangkal., tapi karena
konteks yang lebih luas dari hubungan-hubungan klas dalam masyarakat Soviet.
Saya akan mengutip satu contoh saja untuk menggarisbawahi poin ini. Pada 1927,
setelah kekalahan Revolusi Tiongkok, beberapa mahasiswa yang mendukung Oposisi
datang kepada Trotsky, berargumen bahwa, karena setiap orang dapat melihat
bahwa Trotsky telah terbukti benar, mereka sekarang akan memenangkan mayoritas
Partai. Trotsky tidak setuju. Ia menunjukkan kepada mereka bahwa bagi kaum
pekerja Soviet, konsekuensi-konsekuensi dari kekalahan Revolusi Tiongkok adalah
jauh lebih penting daripada siapa yang benar atau salah dalam soal perspektif.
Faktanya,
Trotsky tahu bahwa Oposisi tidak bisa berhasil. Situasi obyektif yang tidak
mendukung menghukum mereka dengan kekalahan. Jadi mengapa ia terus saja
berjuang? Mengapa ia tidak menyerah kepada Stalin, seperti yang dilakukan oleh
Zinoviev, Kamenev, dan Radek? Jawabannya adalah ia sedang berupaya untuk
mendirikan ide-ide, program, dan tradisi untuk generasi-generasi kaum Komunis
masa depan di USSR dan secara internasional. Ia adalah satu-satunya orang yang
melakukan itu, kendati penganiayaan yang paling mengerikan yang mengklaim nyawa
hampir semua kamerad, sahabat, dan keluarganya.
Di
tengah-tengah pengkhianatan yang paling mengerikan, kekalahan-kekalahan,
demoralisasi, dan pengingkaran, Trotsky mengibarkan panji yang bersih, membela
tradisi-tradisi asli Leninisme, Oktober, dan Partai Bolshevik. Jadi Trotsky
berhasil dalam tujuannya. Itu bukan prestasi kecil! Siapa sekarang yang
mengingat tulisan-tulisan Zinoviev dan Kamenev? Tapi dalam tulisan-tulisan Leon
Trotsky kita memiliki sebuah warisan yang tak ternilai yang tetap
mempertahankan segala nilai-penting, relevansi, dan vitalitas, khususnya
setelah ambruknya USSR – konsekuensi yang tak terhindarkan dari
kejahatan-kejahatan Stalinisme. Tulisan-tulisan Trotsky merepresentasikan panji
otentik Bolshevisme dan Revolusi Oktober – harapan satu-satunya bagi masa depan
umat manusia. ***
Diterjemahkan dari
“Alan Woods on the Russian Revolution – Part Two, “Trotsky defended the genuine
traditions of Leninism”
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar