Apakah perjuangan klas
itu? Ia adalah perjuangan dari satu bagian Rakyat terhadap bagian lainnya;
perjuang yang dilakukan oleh massa yang bekerja, tertindas, dan tak mempunyai
hak, melawan kaum yang berhak istimewa, kaum penindas, kaum parasit; perjuangan
kaum buruh upahan, atau kaum proletar, melawan kaum pemilik harta, atau
burjuasi. Perjuangan yang besar ini telah senantiasa berlangsung di desa Rusia
juga, meskipun tidak setiap orang melihatnya, dan meskipun tidak setiap orang
mengerti akan artinya. Dalam waktu sistim perhambaan seluruh massa petani
berjuang melawan penindas-penindas mereka, klas tuan tanah, yang dilindungi,
dibela dan disokong oleh pemerintah tasr. Kaum tani pada waktu itu tidak dapat
bersatu, mereka samasekali tertekan oleh kegelapan; kaum tani tidak mempunyai
pembantu-pembantu dan saudara-saudara di kalangan kaum buruh kota; sekalipun
demikian mereka berjuang semampu-mampunya dan dalam batas kesempatannya. Kaum
tani tidak takut-takut akan pengejaran yang ganas dari pihak pemerintah, mereka
tidak gentar karena pencambukan dan pelor, kaum tani tidak percaya pada kaum
pendeta yang mencoba dengan sekuat-kuatnya untuk membuktikan bahwa sistim
perhambaan itu diperkenankan oleh Kitab Suci dan disyahkan oleh Tuhan (itulah
yang betu-betul dikatakan oleh Uskup Agung Philaret!); kaum tani bangkit
berontak, sekarang di satu tempat, nanti di tempat lain, dan akhirnya
pemerintah mengalah, khawatir kalau-kalau terjadi pemberontakan umum dari semua
petani.
Sistim
perhambaan dibatalkan, tetapi tidak samasekali. Kaum tani tetap tanpa hak-hak,
mereka merupakan pangkat sosial rendahan, pangkat yang membayar- pajak- kepala,
pangkat “hitam”, mereka tetap dalam cekaman perbudaan perhambaan. Kegelisahan
di kalangan kaum tani berlangsung terus, mereka terus menunut kebebasan yang
penuh, yang sungguh-sungguh. Sementara itu sesudah pembatalan perhambaan, sudah
sempat tumbuh suatu perjuangan klas yang baru, perjuangan proletariat melawan burjuasi.
Kekayaan bertambah besar, jalan-jalan keretaapi dan pebrik-pabrik besar
dibangun, kota-kota menjadi semakin padat penduduknya dan semakin ewah, tetapi
kekayaan ini semuanya dimiliki oleh beberapa gelintir orang yang sangat
kecil jumlahnya, sedang Rakyat menjadi semakin melarat, menjadi semakin miskin
dan kelaparan, dan orang pergi bekerja dengan kerja upahan di tengah-tengah
orang-orang asing. Kaum buruh kota mulai perjuangan baru yang besar dari semua
kaum miskin melawan semua kaum kaya. Kaum buruh kota bersatu di dalam Partai
Sosial-Demokrat dan sedang melakukan pejuangan mereka dengan tegar, kukuh dan
rukun, dengan maju selangkah demi selangkah, mempersiapkan diri untuk
perjuangan besar yang terkahir, menuntut kemerdekaan politik bagi seluruh
Rakyat.
Akhirnya
kaum tanipun kehilangan kesabarannya. Dalam musim semi tahun yang lalu, 1902,
kaum tani di Gubernia-Gubernia Poltawa, Kharkoc dan lainnya bangun dan
menentang tuan tanah-tuan tanah, mendobrak lumbung-lumbung mereka sendiri,
membagi-bagikan kepada yang lapar gandum yang telah ditanam dan dipaneni oleh
muzyik-muzyik tetapi dirampas oleh tuan tanah-tuan tanah, dan menuntut
pembagian kembali tanah. Kaum tani tak dapat menahan lagi penindasan yang tak
ada habisnya dan mulai mencari nasib yang lebih baik. Kaum tani mengambil
keputusan – dan keputusan ini adalah tepat sekali – bahwa lebih baik mati dalam
perjuangan melawan kaum penindas daripada mati karena kelaparan tanpa
perjuangan. Tetapi kaum tani itu tidak memenangkan nasib yang lebih baik untuk
diri mereka sendiri. Pemerintah tsar menyatakan mereka sebagai perusuhperusuh
serta peranpok-perampok biasa (karena mereka merebut dari tuan tanah-tuan tanah
perampok gandum yang telah ditanam serta dipaneni oleh petani-petani itu
sendiri!); pemerintah tsar mengirimkan pasukan-pasukan untuk melawan mereka
sebagai melawan musuh, dan petani-petani itu dihancurkan; petani-petani
ditembaki, banyak yang tewas; dengan kejamnya petani-petani itu dicambuki,
banyak yang dicambuk sampai mati; penganiayaan terhadap mereka begitu
jahat hingga tak pernah terjadi pada orang-orang turki ketika mereka
menganiaya musuh-musuh mereka, orang-orang Kristen. Wakil-wakil tsar,
para gubernur, adalah penganiaya-penganiaya yang paling jahat, betul-betul
algojo. Serdadu memperkosa para istri serta anak-anak perempuan petani-petani.
Dan sesudah semuanya ini petani-petani itu diperiksa oleh pengadilan yang
terdiri dari amtenar-amtenar, mereka dipaksa membayar delapan ratus ribu Rubel
kepada tuan tanah-tuan tanah, dan tidak diperkenankan pada
pengadilan-pengadilan, pengadilan-pengadilan rahasia yang memalukan itu,
pengadilan-pengadilan dalam kamar-siksaan, mengatakan bagaimana petani-petani
telah dianiaya serta disiksa oleh para wakil tsar, Gubernur Obolenski dan
abdi-abdi tsar lainnya.
Kaum
tani berjuang untuk tujuan adil. Klas buruh Rusia akan selalu mengenag dengan
hormat para syahid yang ditembaki dan dicambuki sampai mati oleh abdi-abdi
tsar. Para syahid itu adalah pejuang-pejuang untuk kebebasan dan
kebahagiaan Rakyat pekerja. Kaum tani dihancurkan, tetapi mereka senantiasa
akan bangkit kembali, mereka tak patah hati karena kekalahan yang pertama ini.
Kaum buruh yang berkesadaran klas akan berusaha sekuat tenaga mereka untuk
memberikan penerangan kepada Rakyat pekerja yang sebanyak-banyaknya di kota dan
di desa tentang perjuangan kaum tani serta untuk membikin mereka bersia-siap
untuk perjuangan yang lain lagi dan lebih sukses. Kaum buruh yang berkesadaran
kals akan berusaha dengan sekuat tenaga mereka untuk membantu petani-petani
supaya jelas
mengerti mengapa pemberontakan ini yang pertama (1902) ditindas dan yang harus
dikerjakan untuk memperoleh kemenangan bagi kaum tani serta kaum buruh dan
bukan bagi abdi-abdi tsar.
Pemberontakan
tani telah ditindas sebab ia merupakan suatu pemberontakan dari massa yang
gelap pikirannya dan tak sadar, suatu pemberontakan tanpa tuntutan-tuntutan politik yang
jelas dan tegas, yaitu, tanpa tuntutan untuk mengubah tata aturan-tata aturan negara.
Pemberontakan tani itu ditindas karena tidak
ada persiapan-persiapan yang dilakukan untuk itu. Pemberontakan
tani itu ditindas sebab kaum proletar desa belum mempersatukan diri dengan kaum
proletar kota. Itulah tiga sebab dari kegagalan perjuangan petani yang pertama.
Supaya sukse, suatu pemberontakan harus mempunyai tujuan yang sadar, harus
diadakan persiapan sebelumnya, ia harus mencakup seluruh Rusia dan berlangsung
dalam persekutuan dengan kaum buruh kota. Dan setiap langkah dalam perjuangan
kaum buruh kota, setiap brosur atau surat kabar Sosial-Demokratis, setiap pidato
yang diucapkan oelh seorang buruh yang berkesadaran klas bagi kaum proletar
desa mendekatkan saat di mana pemberontakan demikian akan diulangi dan berakhir
dengan kemenangan.
Kaum
tani bangun tanpa suatu tujuan yang sadar, semata-mata karena mereka tidak bisa
lagi menahan penderitaan, karena mereka tidak mau mati seperti binatang bisu
tanpa perjuangan. Kaum tani telah begitu banyak menderita karena berbagai macam
perampokan, penindasan serta siksaan sehingga mereka tidak bisa lain daripada
percaya, kalaupun untuk sesaat saja, pada kabar angin yang samar-samar mengenai
kerahiman tsar, mereka tidak bisa lain daripada percaya bahwa setiap orang yang
berakal akan memandang adil kalau gandum dibagi-bagikan kepada orang-orang yang
kelaparan, kepada mereka yang telah bekerja seumur hidupnya untuk orang
lain, yang telah menanam serta memaneni gandum, dan sekarang mati kelaparan,
sedang lumbung “tuan-tuan” penuh dengan gandum. Kaum petani seolah-oleh telah
lupa bahwa semua tanah yang terbaik, semua pabrik dan bengkel digenggam oleh
kaum kaya, digenggam oleh kaum tuan tanah dan burjuasi, justru untuk meksud
memaksa orang-orang yang kelaparan itu pergi bekerja bagi pemilik-pemilik
harta. Kaum tani lupa bahwa bukan hanya para pendeta saja yang mengucapkan
khotbah-khotbah untuk membela klas kaya, tetapi juga seluruh pemerintah tsar
dengan birokrat-birokrat serta serdadu-serdadunya yang amat besar jumlahnya itu
bangun membelanya. Pemerintah tsar memperingatkan kaum tani akan hal itu.
Pemerintah tsar dengan kekejaman yang bengis, menunjukkan kepada kaum tani
kekuasaan negara apa ia itu, abdi serta pelindung apa ia itu. Kita hanya perlu
mengingatkan pelajaran ini kepada kaum tani lebih sering dan mereka akan mudah
mengerti mengapa perlu mengubah
tata aturan negara, dan mengapa kita memerlukan kebebasan politik.
Pemberontakan-pemberontakan tani akan mempunyai tujuan yang sadar apabila makin
banyak lagi jumlahnya orang-orang yang mengerti hal itu, apabila setiap muzyik
yang dapat membaca dan menulis dan yang berfikir sendiri menjadi maklum akan
tiga tuntutan pokok yang pertama-tama harus diperjuangkan. Tuntutan petama – memanggil bersidang
Dewan perwakilan seluruh Rakyat dengan maksud membentuk pemerintah yang dipilih
dan bukan pemerintah otokratis. Tuntutan kedua – kebebasan bagi semua dan setiap
orang untuk menerbitkan segala macam
buku atau surat kabar.
Tuntutan ketiga – pengakuan
oleh undang-undang akan kesamaan hak-hak yang
penuh dari kaum tani dengan pangkat-pangkat sosial lainnya dan pembentukan
panitia-panitia tani yang dipilih, dengan tujuan terutama menghapuskan segala
bentuk perbudakan perhambaan. Itulah tuntutan-tuntutan
yang terutama serta fundamentil dari kaum Sosial-Demokrat, dan sekarang akan
menjadi musdah sekali bagi kaum tani untuk memahaminya, untuk mengerti dengan
apa perjuangan untuk kebebasan Rakyat harus dimulai. Apabila kaum tani mengerti
akan tuntutan-tuntutan ini, maka mereka akan mnegerti pula bahwa mereka harus
lebih dahulu mempersiapkan dirinya untuk pemberontakan itu dengan ulet dan
tekun, dalam waktu yang lama, dan tidak secara sendirian, tetapi bersama-sama
dengan kaum buruh kota – kaum Sosial-Demokrat.
Biar
setiap buruh dan tani yang berkesadaran klas menghimpun dirinya di sekitar
kawan-kawan yang paling cerdas, dapat dipercaya serta berani. Biar dia berusaha
keras untuk menerangkan kepada mereka apa yang dikehendaki oleh kaum
Sosial-Demokrat, sehingga setiap orang dari mereka dapat mengerti perjuangan
apa yang harus dilakukan dan tuntutan-tuntutan apa yang harus diajukan. Biar
kaum Sosial-Demokrat yang berkesadaran klas secara selangkah-demi selangkah,
hati-hati, tetapi terus menerus mengajarkan kepada kaum tani ajaran-ajaran
Sosial-Demokratis kepada mereka untuk dibaca dan menjelaskan brosur-brosur itu
dalam pertemuan-pertemuan kecil dari orang-orang yang dapat dipercayai.
Tetapi
ajaran-ajaran Sosial-Demokratis tidak boleh diajarkan dari buku-buku saja;
setiap hal, setiap peristiwa penindasan serta ketidak adilan yang kita lihat
disekitar kita harus dipergunakan untuk maksud ini. Ajaran Sosial-Demokratis
adalah ajaran tentang perjuangan melawan segala macam penindasan, melawan
segala macam perampokan, melawan segala macam ketidak adilan. Hanya dialah yang
tahu sebab-musabab daripada penindasan dan yang selama hidupnya menentang setiap peristiwa
penindasan, yang menjadi seorang Sosial-Demokrat yang
sejati. Bagaimana hal ini dapat dilakukan? Kaum Sosial-Demokrat yang
berkesadaran klas, dengan berkumpul di kota atau di desa mereka sendiri, harus
menentukan sendiri bagaimana hal itu harus dilakukan, asal saja ini lebih
bermanfaat bagi seluruh klas buruh. Sebagai contoh akan saya kutip satu atau
dua cara. Baiklah kita andaikan bahwa seorang buruh Sosial-Demokrat datang
berkunjung ke desanya, atau bahwa seorang Sosial-Demokrat datang ke sutau desa.
Seluruh desa itu berada dalam cekauan tuan tanah tetangga seperti seekor lalat
dalam sarang labah; ia terus berada dalam keadaan perbudakan selama hidupnya
dan tak dapat meloloskan diri dari padanya. Buruh itu harus segera memilih
petani-petani yang paling sadar, cerdas dan dapat dipercayai, mereka yang
mencari kebenaran dan yang tak akan menjadi ketakutan karena ada bajingan
polisi pertama datang mendekati, dan menerangkan kepada mereka tentang
sebab-musabab dari perbudakan yang tak terperikan ini, berceritera kepada
mereka bagaimana tuan tanah menipu kaum tani dan merampok mereka dengan
bantuan panitia-panitia bangsawan, berceritera kepada mereka bagaimana
mereka itu disokong oleh pemerintah tsar dan juga berceritera kepada
mereka tentang tuntutan-tuntutan kaum buruh Sosial-Demokrat. Apabila
petani-petani itu mengerti akan semua hal yang sederhana ini maka adalah perlu
untuk memikirkan bersama dengan saksama apakah mungkin mengadakan perlawanan
yang bersatu terhadap tuan tanah itu, apakah kaum tani mungkin mengadakan
tuntutan-tuntutannya yang pertama dan pokok (sama seperti kaum buruh kota
mengajukan tuntutan-tuntutan mereka kepada pemilik-pemilik pabrik). Jika tuan
tanah itu menguasai satu desa besar atau beberapa desa di bawah perbudakannya,
maka yang terbaik kiranya yalah mendapatkan surat sebaran dari Comite
Sosial-Demokrat yang terdekat melalui orang-orang yang dapat dipercayai. Di
dalam surat sebaran itu Comite Sosial-Demokrat tersebut akan melukiskan
dengan saksama, dari awal mula, perbudakan apa yang diderita kaum tani dan
merumuskan tuntutan-tuntutan mereka yang pertama-tama (pengurangan sewa tanah,
aturan upah yang layak dan bukan aturan-aturan upah separo untuk penyewaan
tanah pada musim dingin, penuntutan
yang kurang keras terhadap pelanggaran, atau berbagai tuntutan lainnya). Dari
suatu surat sebaran seperti itu semua petani yang dapat membaca dan menulis akan
memahami dengan baik apa yang menjadi persoalannya, dan juga menerangkan hal
itu kepada mereka yang tak dapat membaca dan menulis. Ketika itu petani-petani
itu akan terang melihat bahwa kaum Sosial-Demokrat membela mereka, bahwa kaum
Sosial-Demokrat menghukum segala perampokan. Ketika itu petani-petani itu akan
mulai mengerti keringanan apa, walaupun sedikit sekali, tetapi bagaimanapun
juga toh suatu keringanan, yang dapat segera dan sekarang juga diperoleh
jika semuanya berdiri bahu-membahu, dan perbaikan-perbaikan besar apa bagi
seluruh negeri yang harus diusahakan dengan perjuangan luhur bersama-sama
dengan kaum buruh Sosial-Demokrat di kota-kota.Ketika itu kaum tani kian lama
kian mempersiapkan diri untuk perjuangan luhur itu, mereka akan mulai belajar
bagaimana menemukan orang-orang yang dapat dipercaya dan bagaimana
berjuang bahu-membahu untuk tuntutan-tuntutan mereka. Mungkin mereka
kadang-kadang dapat berhasil dalam mengorganisasi suatu pemogokan, seperti kaum
buruh kota. Memang benar hal ini lebih sukar di pedesaan dari pada di kota-kota,
tetapi bagaimanapun juga toh kadang-kadang mungkin; di negeri-negeri lain
kadang-kadang pernah terjadi pemogokan-pemogokan yang berhasil baik, misalnya,
dalam musim-musim yang sibuk, ketika tuan tanah-tuan tanah dan
pengusaha-pengusaha pertanian kaya sangat sekali membutuhkan buruh. Jika kaum
miskin desa sudah bersiap untuk mogok, jika suatu persetujuan telah lama
tercapai mengenai tuntutan-tuntutan umum, jika tuntutan-tuntutan itu sudah
diterangkan di dalam suratsebaran-suratsebaran, atau dijelaskan dengan
seyogyanya biar dalam rapat-rapat, maka semuanya akan berdiri bahu-membahu dan
tuan tanah akan mesti terpaksa mengalah, atau sekurang-kurangnya mengekang
hasrat perampokannya. Jika pemogokan itu dengan suara bulat dan dicanangkan
selama musim yang sibuk, maka tuan tanah bahkan pihak yang berwajibpun dengan
pasukan-pasukannya akan merasa sukar untuk berbuat sesuatu – waktu terus
hilang, tuan tanah terancam kebangkrutan, dan dia akan lekas menjadi lebih suka
bersetuju. Sudah tentu pemogokan-pemogokan adalah barang baru dan barang-barang
baru itu mula-mula sering tak berlangsung lancar. Kaum buruh kota pun mula-mula
juga tidak mampu melakukan perjuangan yang bersatu, mereka tidak tahu
tuntutan-tuntutan apa yang harus diajukan secara bersama-sama, mereka begitu
saja pergi menghancurkan mesin-mesin dan merusak pabrik. Tetapi sekarang kaum
buruh sudah belajar melakukan perjuangan yang bersatu. Setiap pekerjaan baru
harus dipelajari lebih dahulu. Sekarang kaum buruh mengerti bahwa yang dapat
diperoleh dengan segera hanyalah keringan-keringanan, asal saja mereka berdiri
bahu-membahu; sementara itu, Rakyat sedang menjadi biasa mengadakan perlawanan
yang bersatu dan makin lama makin bersiap-siap untuk perjuangan yang luhur dan
menentukan. Begitu pula, kaum tani akan belajat bagaimana mereka harus
mengadakan perlawanan terhadap kaum perampok yang paling bengis, bagaimana
menuntut keringanan-keringanan dengan berdiri bahu-membahu dan bagaimana mereka
harus selangkah demi selangkah mempersiapkan diri dengan tabah serta di
mana-mana saja guna pertempuran luhur untuk kebebasan. Jumlah kaum buruh dan kaum
tani yang berkesadaran klas akan makin bertambah besar dan persatuan-persatuan
dari kaum Sosial-Demokrat desa akan menjadi semakin kuat; dan setiap peristiwa
perbudakan oleh tuan tanah, pemerasan dari pihak pendeta, kekejaman polisi dan
penindasan birokatis, akan semakin membantu membuka mata Rakyat, membiasakan
mereka dengan mengadakan perlawanan yang bersatu dan dengan pikiran bahwa orang
perlu mengubah tataaturan-tataaturan negara dengan kekerasan.
Pada awal mula dari brosur ini
sudah kami katakan bahwa kaum pekerja kota kini keluar ke jalan-jalan dan
lapangan-lapangan serta di muka umum menuntut kebebasan, bahwa mereka pada
panji-panjinya mencantumkan serta menyerukan: “Lenyaplah otokrasi!” Akan segera
tiba harinya di mana kaum buruh kota akan bangun tidak hanya untuk berbaris di
sepanjang jalan-jalan dan berterik-teriak, tetapi juga bangun untuk perjuangan
yang luhur dan terakhir, di mana kaum buruh akan menyakan sebagai satu orang:
“Kita akan memperoleh kebebasan, atau mati berjuang!”, di mana tempat raturan
orang yang tewas dan gugur dalam perjuangan akan diisi oleh ribuan
pejuang-pejuang baru yang lebih gigih lagi. Dan juga petani-petani pada ketika
itu akan bangkit di seluruh Rusia serta pergi membantu kaum buruh kota, pergi
untuk berjuang sampai penghabisan untuk kebebasan kaum buruh dan kaum tani.
Ketika itu tentara tsar apapun tak akan sanggup menahan serangan itu.
Kemenangan akan jatuh pada Rakyat pekerja, dan klas buruh akan maju berbaris di
sepanjang jalan yang terbentang dan lapang menuju pembebasan semua kaum pekerja
dari segala macam penindasan. Klas buruh akan menggunakan kebebasannya untuk
memperjuangkan Sosialisme!
Sumber: KEPADA KAUM MISKIN DESA / 1903, BAB 7
{ 1 komentar... read them below or add one }
turut berduka cita untuk pemilik blog ini, ternyata sudah setahun yang lalu meninggalkan dunia ini :(
Posting Komentar