Amanat kepada Front Marhaenis
pada tanggal 4 Juli 1963
Saudara-saudara
seluruh keluarga Front Marhaenis,
Saya
ikut gembira, bahwa saudara-saudara seluruh keluarga Front Marhaenis pada hari
ini merayakan ulang tahun lahirnya PNI dan Marhaenisme; dan saya mengharapkan
hendaknya Front Marhaenis terus maju dalam menggalang seluruh kekuatan
revolusioner Rakyat Marhaen kita.
Sewaktu
saya 36 tahun yang lalu mencetuskan ajaran Marhaenisme, dasar-pokok keyakinan
saya adalah bahwa Indonesia Merdeka hanya dapat dicappai apabila kita dapat
mempersatukan seluruh kekuatan Rakyat Marhaen itu dalam suatu organisasi yang
maha-hebat. Tanpa persatuan bulat antara seluruh kekuatan rakyat kita,
Indonesia merdeka tidak mungkin tercapai! Dan tanpa suatu ajaran revolusioner,
maka persatuan itu tak mungkin tercapai! Itulah keyakinan saya pada waktu itu!
Keyakinan
saya ini bukan begitu saja tumbuh; atau dalam bahasa Belandanya bukan hasil
dari een slaploze nacht; melainkan hasil dari pemikiran yang luas dan mendalam
sekali. Pula hasil pengalaman praktek perjuangan saya, baik selaku pemuda dan
mahasiswa, maupun kemudian sebagai seorang pemimpin baru dan muda dalam barisan
pergerakan rakyat kita, sekitar tahun 1915-1926 dulu.
Dan
berdasarkan hasil pemikiran serta praktek perjuangan saya itu, saya mencetuskan
ajaran Marhaenisme pada tahun 1927, 36 tahun yang lalu; suatu ajaran yang
mengandung ilmu perjuangan revolusioner untuk menggalang persatuan Kaum
Marhaen, dan yang saya rumuskan pada waktu itu sebagai sosio-nasionalisme dan
sosio-demokrasi.
Dalam
hal ini memang sayang sangat dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Marxisme. Malahan
ajarannya Karl Marx tentang historis-materialisme saya gemari dan saya setujui
sepenuhnya, dan saya gunakan, ya… saya toepassen,
saya terapkan pada situasi masyarakat Indonesia. Dan sebagai hasil dari
penggunaan toepassing
atau penerapan historis materialisme Karl Marx di masyarakat Indonesia dengan
ia punya kondisi sendiri, dengan ia punya situasi sendiri, dengan ia punya
sejarah sendiri, dengan ia punya kebudayaan sendiri, dan sebagainya lagi, maka
saya datang kepada ajaran marhaenisme.
Maka
dari itu saya selalu menganjur-anjurkan kepada seluruh Front Marhaenis, bahwa
untuk dapat memahami Marhaenisme ajaran saya itu, kita minimal, paling sedikit,
harus menguasai dua pengetahuan:
Pertama:
Pengetahuan tentang situasi dan kondisi Indonesia, dan
Kedua :
Pengetahuan tentang Marxisme.
Siapa
yang secara minimal tidak menguasai dua hal itu tak akan dapat memahami
Marhaenisme ajaran saya.
Tentang
hal ini, maka saya tidak akan jemu-jemunya untuk mengemukakan kepada
saudara-saudara dari seluruh Front Marhaenis. Sebabnya ialah tidak lain supaya
kita semua jangan sampai salah terima, salah tafsir, dan salah paham antara
kita sama kita.
Selain
daripada itu, saya ingin supaya kita semua terus menyadari sedalam-dalamnya,
bahwa juga dalam alam kemerdekaan sekarang ini ajaran Marhaenisme, seperti yang
dasar-dasar pokoknya saya terangkan di atas, masih berlaku penuh. Malahan di
dalam alam manipol/Usdek sekarang ini—dan Manipol/Usdek adalah pemancaran dari
pancasila—maka dasar-dasar pokok di atas perlu terus kita pegang teguh. Dan
tidak hanya kita pegang teguh, tetapi harus kita perluas, perdalam, dan
perkembangkan, di medan praktek-perjuangan! Hanya dengan mempraktekkan di medan
perjuangannya kaum Marhaen, maka ajaran marhaenisme akan terus bersinar!
Karena
itu, saya untuk kesekian kalinya minta perhatian saudara-saudara sepenuhnya,
supaya ajaran-ajaran marhaenisme, Pancasila, Manipol/Usdek, beserta segala
pedoman-pedoman pelaksanaannya itu terus saudara-saudara perdalam, perluas, dan
perkembangkan di medan praktek-perjuangan!
Ini
berarti bahwa kita semua harus selalu berjuang di tengah-tengah rakyat Marhaen,
membulatkan seluruh kekuatan marhaen, dan bersama-sama dengan kaum Marhaen itu
terus berjuang melawan Kapiltalisme, imperialisme, kolonialisme, dan
Neo-kolonialisme, di mana pun ia masih bercokol dan berada.
Tetapi,
kita tidak boleh berjuang secara “ngawur.” Kita harus berjuang dengan teratur.
Teratur dalam ideologinya, dan teratur dalam organisasinya! Barisan kaum
Marhaen mesti kokoh dan kuat. Bukan hanya ideologinya yang kokoh-kuat, tetapi
juga keorganisasiannya. Dan ajaran Marhaenisme, sebagai ilmu perjuangan dan
dasar perjuangan, memberikan kepada kita semua landasan-landasan yang
kokoh-kuat untuk menjamin kemenangan kaum Marhaen dalam memperjuangkan
cita-cita revolusinya dewasa ini, terutama dalam membangunkan sosialisme
Indonesia.
Untuk
itu kita harus benar-benar berpegang teguh kepada apinya Marhaenisme, dan
jangan kita hanya sekedar mencukil-cukil saja abunya ajaran Marhaenisme.
Karena
itu, dalam kita semua memperingati ulang tahun ke-36 lahirnya PNI dan
Marhaenisme ini, saya sekali berpesan: Warisi apinya dan jangan abunya.
Dan
teruskan apinya itu menyala-nyala untuk persatuan seluruh kekuatan rakyat
marhaen yang revolusioner, menuju ke arah kemenangan segala cita-cita revolusi
kita, membangunkan sosialisme Indonesia berdasarkan Pancasila
Jakarta,
4 Juli 1963
PRESIDEN/PANGLIMA
TERTINGGI/PEMIMPIN BESAR REVOLUSI,
(SOEKARNO)
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar