Sepucuk Surat untuk "Pravda"
Hari ini, Sabtu 18 November 1917, dalam kesempatan
pidato yang aku sampaikan pada Konggres Petani secara terbuka aku mengajukan
pertanyaan yang segera pula kujawab. Hal yang mendasar adalah bahwa
pertanyaan tadi dan jawaban yang kusampaikan mungkin secara tak langsung akan
dipahami oleh seluruh khalayak pembaca meski jawaban itu nampak semata mata
menurut pendapat aku sendiri tetapi pada dasarnya merupakan pendapat Partai
Bolshevik seluruhnya.
Masalah itu adalah sebagai berikut:
Berkaitan dengan soal aliansi antara kelas buruh Bolshevik
dengan kaum Sosialis-Revolusioner Kiri, yang kebanyakan kaum tani yang pada
saat ini terpercaya, aku berpendapat dalam pidatoku bahwa aliansi ini dapat
menjadi suatu "koalisi sejati", sebuah aliansi yang paling
murni, karena di situ tidak ada perbedaan kepentingan
radikal antara buruh upahan dengan pekerja dan tani terhisap. Sosialisme sepenuhnya
mampu mempertemukan kedua kepentingan tersebut. Hanyalah
sosialisme yang mampu mempertemukan kepentingan mereka. Karenanya, betapa
sangat mungkin dan pasti untuk sebuah "koalisi sejati" antara kelas
proletar dengan kaum pekerja dan petani terhisap. Sebaliknya, suatu
"koalisi" (aliansi) antara kelas buruh dan kelas-kelas terhisap di
satu pihak, dengan kelas borjuis di lain pihak, mustahil dapat
tercapai "koalisi sejati" karena kepentingan di antara
kelas-kelas tersebut berbeda tajam.
Coba bayangkan, kataku, bilamana dalam pemerintahan terdapat
segolongan mayoritas Bolshewik dan segolongan minoritas Sosialis-Revolusioner
Kiri, atau bahkan saja mari coba kita asumsikan, hanya ada segolongan kaum
Sosialis-Revolusioner Kiri Komisaris Pertanian. Dapatkah kaum Bolshewik melangsungkan
koalisi sejati di bawah syarat-syarat demikian ?
Mereka mungkin; karena dalam perjuangan mereka tidak mungkin
didamaikan dalam melawan elemen-elemen kontra revolusioner
(termasuk kaum Sosialis-Revolusioner Kanan dan para pembelanya), kaum Bolshewik
akan menyokong untuk abstain dari voting tentang soal-soal yang
bersangkutan dengan persoalan-persoalan kaum Sosialis-Revolusioner dalam
program pertanahan yang diajukan melalui Konggres Kedua Soviet-Soviet Seluruh
Rusia. Sebagai contohnya, persoalan tentang kepemilikan tanah merata dan redistribusi
tanah di kalangan petani kecil.
Dengan melakukan abstain dari voting atas persoalan demikian
kaum Bolshewik sedikitpun tidak akan mengubah program mereka.
Karena dengan kemenangan sosialisme (kontrol buruh terhadap
pabrik-pabrik, yang kemudian diikuti dengan pengambilalihan ke tangan
mereka, nasionalisasi bank-bank, dan pembentukan sebuah Dewan Ekonomi
Pusat guna mengatur seluruh kehidupan ekonomi negeri) menyatakan bahwa kaum
buruh menjadi diwajibkan untuk sepakat akan
keadaan-keadaan transisional yang diajukan oleh kelas pekerja kecil dan tani
yang terhisap, memberi bukti keadaan-keadaan demikian tidak merusak
bagi alasan-alasan sosialisme. Tatkala masih seorang Marxis
(1899-1909) Kautsky bahkan acapkali mengakui aku katakan bahwa keadaan-keadaan
peralihan menuju sosialisme tidak bisa identik di negeri-negeri dengan wilayah
pertanian luas dengan negeri berwilayah kecil.
Kita kaum Bolshewik seharusnya abstain dari voting ketika
persoalan seperti ini diputuskan dalam Dewan Komisaris Rakyat atau di dalam
Komite Eksekutif Sentral, karena jika kaum Sosialis-Revolusioner Kiri
(termasuk juga kaum tani yang mendukung mereka) setuju akan kontrol kaum
buruh, akan nasionalisasi bank-bank, dst-dst, kepemilikan tanah merata hanyalah
satu keadaan peralihan menuju sosialisme sepenuhnya. Bagi
proletariat untuk menentukan keadaan-keadaan peralihan seperti
itu adalah absurd; adalah wajib memberikan demi kepentingan
kemenangan sosialisme kepada kaum pekerja kecil dan petani terhisap dalam
menentukan keadaan-keadaan peralihan tersebut karena mereka tidak
mungkin mengganggu tujuan sosialisme.
Lebih lanjut lagi, seorang Sosialis-Revolusioner Kiri (jika
aku tak salah, adalah kawan Feofilaktov) menanyakan kepadaku sebagai berikut: "Bagaimana
tindakan Bolshewik apabila dalam Majelis Pemilihan petani menetapkan
undang-undang tentang kepemilikan tanah merata, sementara kaum borjuis
menentang petani, dan keputusan diserahkan kepada kaum Bolshewik?"
Jawabanku: di bawah keadaan-keadaan demikian, ketika tujuan
sosialisme dapat dijamin melalui pengenalan kontrol kaum buruh, nasionalisasi
bank-bank, dll, aliansi antara kelas buruh dengan kelas pekerja dan petani
terhisap membuat keharusan bagi partai proletar untuk mendukung kaum tani dan
menentang kaum borjuis. Menurut pendapatku, kaum Bolshewik berhak menyampaikan
suara saat deklarasi penolakan, dengan mengumumkan ketidaksepakatan mereka, dan
seterusnya, namum di tengah situasi seperti ini untuk abstain dari voting bisa
mengkhianati sekutunya di dalam perjuangan bagi sosialisme
hanya karena satu perbedaan dengan mereka soal tertentu. Dalam situasi
demikian, kaum Bolshewik tidak akan mengkhianati kaum tani. Kepemilikan tanah
merata dan keadaan-keadaan yang serupa tidak bisa dinilai
sosialisme apabila kekuasaan yang di tangan Pemerintahan Buruh dan Tani,
apabila kontrol kelas buruh diperkenalkan, bank-bank dinasionalisasikan,
didirikannya sebuah badan ekonomi pusat buruh dan tani untuk mengarahkan
(mengatur) seluruh kehidupan ekonomi negeri, dan begitulah
seterusnya.
Demikianlah jawabanku.
Sumber: Alliance
Between The Workers and Exploited Peasants, Collected Works, Vol. XXVI, hlm.333-35. Ditulis 18 November (1 Desember) 1917. Publikasi Pertama: Pravda
No 194, 19 November 1917.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar