Untuk
mencapai pembebasan yang sempurna bagi semua kaum pekerja, maka kaum miskin
desa, dengan bersekutu dengan kaum buruh kota, harus melakukan perjuangan
menentang seluruh burjuasi, termasuk pula petani-petani kaya. Petani-petani
kaya akan burusaha membayar buruh-buruh tani mereka sesedikit mungkin dan
memaksa mereka bekerja selama serta sekeras mungkin; tetapi kaum buruh kota dan
desa akan berusaha supaya kaum buruh-tani yang bekerja untuk petani-petani kaya
juga memperoleh upah yang lebih baik, syarat-syarat kerja yang lebih baik, dan
masa-masa istirahat yang tetap. Ini berarti bahwa kaum miskin desa harus
membentuk persatuan mereka sendiri, tanpa petani-petani kaya. Hal ini sudah
kami bicarakan, dan kami akan selalu meng-ulang-ulanginya.
Tetapi
di Rusia, semua petani, kaya atau miskin, dalam banyak hal masih merupakan
hamba-hamba; mereka semuanya adalah pangkat rendahan, pangkat “hitam”,
pangkat pembayar pajak kepala; mereka semuanya diperhamba oleh
amtenar-amtenar-polisi dan kepala-kepala Zemstwo; sering sekali mereka seperti
dulu bekerja buat tuan tanah sebagai ganti pembayaran untuk
tanah-tanah-potongan, tempat-tempat-minum-ternak, padang-padang penggembalaan,
atau padang-padang rumput persis seperti mereka bekerja untuk tuan tanah di
bawah sistim perhambaan. Semua petani ingin bebas dari sistim perhambaan baru
ini, mereka semua ingin mempunyai hak-hak yang penuh, mereka semua membenci
tuan tanah-tuan tanah yang sampai sekarang masih memaksa mereka melakukan
kerja-hamba – membayar “rente-kerja” untuk pemakaian tanah serta padang-padang
penggembalaan, tempat-tempat minum ternak dan padang-padang rumput dari
tuan-tuan bangsawan, bekerja pula “untuk pelanggaran” dan mengirim kaum wanita
mereka untuk memungut hasil ladang tuan tanah semata-mata “untuk penghormatan”
saja. Semua rente kerja ini merupakan beban yang lebih berta bagi
petani-petani-miskin daripada bagi muzyik-muzyik kaya. Muzyik-muzyik kaya
kadang-kadang dapat membayar dengan uang kepada tuan tanah sebagai pengganti
pekerjaan ini, tetapi muzyik-muzyik kayapun dalam kebanyakan hal diperas dengan
kerasnya oleh tuan tanah. Jadinya, kaum miskin desa harus berjuang bahu-membahu
dengan petani-petani kaya menentang ketiadaan hak-hak mereka, menentang setiap
macam kerja hamba, menentang setiap macam rente-kerja. Kita akan dapat membebaskan
diri dari segala macam
perbudakan, segala macam
kemiskinan hanya bila kita mengalahkan burjuasi dalam keseluruhannya (termasuk petani-petani kaya pula). Tetapi
ada bentuk perbudakan yang dapat kita hapuskan sebelum waktu itu, sebab petani-petani kayapun sangat menderita
karena bentuk-bentuk perbudakan itu. Di Rusia sampai sekarang masih banyak
terdapat tempat-tempat serta distrik-distrik di mana sering kali semua petani
dalam keseluruhannya hampir tetap merupakan hamba-hamba. Itulah sebanya maka
semua kaum buruh Rusia dan semua kaum miskin desa harus melakukan perjuangan dengan kedua tangan dan di dua segi: dengan
tangan yang satu – perjuangan menentang burjuasi, dengan bersekutu
dengan semua kaum buruh; dan dengan tangan lain – perjuangan menentang pejabat-pejabat
desa, menentang tuan tanah-tuan tanah feodal, dengan bersekutu dengan semua
petani. Jika kaum miskin desa tidak membentuk persatuan mereka sendiri yang
terpisah dari petani-petani kaya, maka mereka akan ditipu dan dipedayai oleh
petani-petani kaya, yang akan menjadi tuan tanah-tuan tanah sendiri, sedang
kaum miskin tidak hanya akan tetap miskin, tetapi bahkan tak akan diberi
kebebasan untuk bersatu. Jika kaum miskin desa tidak berjuang berdampingan
dengan petani-petani kaya menentang perbudakan perhambaar, maka mereka akan
tetap terbelenggu serta terikat pada satu tempat, dan mereka juga tak akan
mendapat kebebasan penuh untuk bersatu dengan kaum buruh kota.
Kaum
miskin desa harus lebih dulu menghantam tuan tanah-tuan tanah dan mencampakkan
sekurang-kurangnya bentuk-bentuk perbudakan feodal yang paling jahat dan paling
mencelakakan, dan di dalam urusan ini banyak petani-petani kaya dan
pengikut-pengikut burjuasi akan juga memihak kaum miskin, sebab setiap orang
sudah bosan dengan keangkuhan tuan tanah-tuan tanah. Tetapi baru kita berhasil
mengurangi kekuasaan tuan tanah-tuan tanah, petani kaya akan segera
menyingkapkan wataknya yang sebenarnya dan menunjukkan camarnya untuk mencekau
segala apa saja; cakarnya yang rakus dan sudah banyak yang mereka cekau.
Jadinya, kita harus awas-awas membentuk persekutuan yang kuat dan tak dapat
dipatahkan dengan kaum buruh kota. Kaum buruh kota akan membantu mencabut
habis kebiasaan-kebiasaan lama yang keningrat-ningratan dari tuan tanah-tuan
tanah dan agak menjinakkan juga petani-petani kaya (seperti mereka sudah agak
menjinakkan majikan-majikan mereka, pemilik-pemilik pabrik). Tanpa persekutuan
dengan kaum buruh kota kaum miskin desa kapan
pun tak akan membebaskan diri mereka dari segala macam perbudakan, dari
segala macam kemiskinan dan kesengsaraan; kecuali kaum buruh kota, tak ada seorang pun yang membantu kaum
miskin desa dalam hal ini, mereka tak dapat mengandalkan pada siapapun kecuali
pada diri mereka sendiri. Tetapi ada perbaikan-perbaikan yang dapat kita
peroleh lebih pagi, yang dapat kita peroleh segera, justru pada awal mula
perjuangan yang besar ini. Di Rusia terdapat banyak bentuk perbudakan yang
sudah lama tak ada di negeri-negeri lain, dan dari perbudakan kepada
amtenar-amtenar ini, perbudakan kepada tuan tanah-tuan tanah, perbudakan
perhambaan ini, kaum tani Rusia dalam
keseluruhannya dapat membebaskan
diri dengan segera.
Sekarang
baiklah kita tinjau perbaikan-perbaikan apa pertama-tama sedang diperjuangkan
oleh Partai Buruh Sosial-Demokrat guna membebaskan kaum tani Rusia dalam
keseluruhannya sekurang-kurangnya dari bentuk-bentuk perbudakan perhambaan yang
paling jahat, dan guna melepaskan tangan kaum miskin desa untuk perjuangan
mereka menentang burjuasi Rusia dalam keseluruhannya.
Tuntutan
pertama dari Partai Buruh Sosial-Demokrat yalah segera dihapuskannya semua
pembayaran ganti-rugi tanah, segala canon dan segala cukai yang dikenakan pada
kaum tani yang “membayar-pajak-kepala”. Ketika panitia-paniatia bangsawan dan
pemerintah bangsawan dari tsar Rusia “membebaskan” petani-petani dari
ketergantungan perhambaan, petani-petani dipaksa menebus tanah mereka
sendiri, menebus tanah yang mereka garap turun temurun! Itu adalah perampokan. Panitia-panitia bangsawan,
dengan bantuan pemerintah tsar, betul-betul merampok petani-petani. Pemerintah tsar mengirim pasukan-pasukan
ke banyak tempat untuk mendesakkan surat piagam pada
petani-petani dengan paksa,
menjalankan tindakan-tindakan hukuman militer terhadap petani-petani yang
menolak menerima tanah-tanah pembagian “jembel” yang sudah dipotong. Tanpa
bantuan pasukan-pasukan, tanpa siksaan serta penembakan, panitia-panitia
bangsawan itu kapan pun tak akan dapat merampok petani secara begitu kurang
ajar seperti yang mereka lakukan itu pada waktu pembebasannya dari
ketergantungan perhambaan. Petani-petani harus senantiasa ingat bagaimana
mereka dirampok serta dicurangi oleh panitaia-panitia bangsawan dan tuan tanah,
sebab kinipun pemerintah tsar masih mengangkat panitia-panitia bangsawan atau
amtenar bilamana saja timbul soal dikeluarkannya undang-undang baru mengenai
kaum tani. Baru-baru ini, tsar mengeluarkan sebuah manifes (26 februari 1903)
di mana dia menjanjikan akan meninjau kembali serta memperbaiki undang-undang
mengenai kaum tani. Siapa yang akan meninjau kembali? Siapa yang akan
memperbaikinya? Kaum bangsawan lagi, para amtenar lagi! Kaum tani akan
senantiasa dicurangi sebelum mereka mencapai pembentukan panitia-panitia tani untuk maksud
memperbaiki hidup kaum tani. Sudah tiba waktunya untuk memperhentikan
kemaharajalelaan tuan tanah-tuan tanah, kepala-kepala Zemstwo dan segala macam
amtenar atas kaum tani! Sudah tiba saatnya untuk menghentikan ketergantungan
perhambaan petani pada setiap agen polisi, pada setia orang keturunan bangsawan
yang bangkrut karena banyak minum, yang disebut kepala Zemstwo, kepala polisi
Uyezd, atau gubernur! Kaum tani harus menuntut supaya kepada mereka diberikan
kebebasan untuk mengurus sendiri
urusan-urusan mereka, memikirkan, menerima, dan menjalankan sendiri undang-undang baru.
Kaum tani harus menuntut pembentukan panitia-panitia
tani yang bebas, yang dipilih, dan selama mereka belum memperoleh kebabasan
ini, mereka akan senanatiasa dicurigai serta dirampok oleh kaum bangsawan dan
para amtenar. Tak seorangpun akan membebaskan muzyik-muzyik dari lintah-lintah
amtenar jika mereka tidak membebaskan diri sendiri, jika mereka tidak bersatu
supaya menggenggam nasib mereka dalam tangan mereka sendiri.
Kaum
Sosial-Demokrat tidak hanya menuntut dihapuskannya sama sekali dan segera
pembayaran-pembayaran uang tebusan tanah, canon dan segala macam rente kerja;
mereka juga menuntut supaya uang-tebusan-tanah yang sudah diambil dari Rakyat dikembalikan kepada Rakyat.
Muzyik-muzyik diseluruh Rusia telah membayar ratusan juta Rubel kelebihan sejak
mereka dibebaskan dari perhambaan oleh panitia-panitia bangsawan. Kaum tani
harus menuntut supaya uang ini dikembalikan kepada mereka. Biar pemerintah
mengenakan pajak khusus pada kaum bangsawan pemilik-tanah besar, biar
tanah-tanah biara dan tanah-tanah Departemen Mahkota (yaitu, tanah-tanah milik
keluarga tsar) diambil, biar Dewan perwakilan Rakyat menggunakan uang ini untuk
kepentingan kaum tani. Di mana pun di dunia ini petani tidak begitu
diijak-injak serta begitu menjadi melarat seperti di Rusia, di mana-mana pun
tak ada jutaan petani yang mati kelaparan seperti di Rusia. Kaum tani di Rusia
telah dibikin sampai mati kelaparan sebab mereka sudah lama dirampok oleh panitia-panitia
bangsawan, sebab sejak hari itu mereka dirampok setiap tahun dengan dipaksa
membayar upeti lama kepada ahli waris-ahli waris tuan tanah-tuan tanah pemilik
hamba yang lama dalam bentuk pembayaran uang tebusan-tanah dan canon.
Seharusnya mereka yang merampok harus bertanggungjawab terhadap
kejahatan-kejahatan mereka. Seharusnya justru dari kaum bangsawan, kaum tuan
tanah besar akan diambil uang untuk memberikan sokongan yang nyata kepada yang
kelaparan.Muzyik yang kelaparan tidak membutuhkan kedermawanan, dia tidak
membutuhkan sedekah; dia harus menuntut pengembalian uang yang telah dia
bayarkan selama bertahun tahun kepada tuan tanah-tuan tanah dan kepada negara.
Sesudah Dewan perwakilan Rakyat dan panitia-panitia petani akan dapat
memberikan bantuan yang nyata dan sungguh-sungguh sefektif kepada yang
kelaparan.
Selanjutnya.
Partai Buruh Sosial-Demokrat menuntut dihapuskannya segera
tanggungjawab-kolektif dan semua
undang-undang yang membatasi petani dalam mengurus tanahnya. Manifes
tsar tranggal 26 februari 1903 menjanjikan penghapusan tanggungjawab kolektif.
Undang-undang mengenai hal ini sudah diterima. Tetapi ini tidak cukup. Kecuali
itu, semua undang-undang yang menghalangi petani dalam mengurus tanahnya
harus dibatalkan dengan segera; kalau tidak, sekalipun tanpa
tanggungjawab-kolektif, petani tak akan menjadi bebas sepenuhnya dan akan tetap
merupakan setengah hamba. Petani harus memperoleh kebebasan penuh untuk mengurus tanahnya: menyewanya atau
menjualnya kepada siapa saja sesukanya tiada minta izin kepada siapapun juga.
Inilah justru yang tidak diperkenankan oleh dekrit tsar: semua bangsawan,
saudagar-saudagar dan burjuis kecil kota bebas mengurus tanah mereka, tetapi
petani tidak. Muzyik diperlakukan sebagai seorang bayi, dia harus mempunyai
seorang kepala Zemstwo untuk menjaganya, seperti seorang pengasuh. Muzyik tidak
boleh dibiarkan menjual tanah-pembagiannya, sebab uang itu akan diboroskannya!
Begitulah pertimbangan orang-orang pemilik hamba; dan nah, terdapat orang-orang
naif yang mempercayai mereka dan, mengharapkan kebaikan bagi muzyik, mengatakan
bahwa dia tidak boleh dibiarkan menjual tanahnya. Kaum Narodnikpun (yang sudah
kita bicarakan) dan orang-orang yang menamakan diri kaum “Sosial-Revolusioner”
juga menyerah kepada dalil ini dan berpendapat bahwa lebih baik jika muzyik
tetap menjadi sedikit hamba daripada jika dia dibiarkan menjual tanahnya.
Kata
kaum Sosial-Demokrat: itu kemunafikan saja, omongan keningrat-ningratan melulu,
kata-kata bermadu belaka! Apabila kita sudah mencapai Sosialisme, apabila klas
buruh sudah mengalahkan burjuasi, seluruh tanah akan dimiliki bersama dan tak seorang pun akan berhak menjual
tanah. Tetapi bagaimana sebelum itu? Apakah orang bangsawan serta
saudagar diperkenankan menjual tanah mereka dan petani tidak? Apakah
orang bangsawan dan saudagar bebas sedang petani tetap setenagh hamba? Apakah
petani akan terus harus meminta izin kepada yang berwajib?
Kesemuanya
ini adalah penipuan belaka, biarpun yang ditiup-tiupi dengan kata-kata bermadu,
tetapi bagaimanapun tetap penipuan juga.
Selama
seorang bangsawan dan saudagar diperkenankan menjual tanah, petani harus juga berhak penuh untuk menjual tanahnya
dan mengurusnya dengan penuh kebebasan,
persis sama seperti orang bangsawan dan saudagar.
Apabila
klas buruh sudah mengalahkan seluruh burjuasi, ia akan merampas tanah dari
pemilik-pemilik besar dan akan menjalankan pengusahan pertanian secara
koperatif di atas perusahaan-perusahaan pertanian besar, supaya kaum buruh
menggarap tanah secara bersama-sama, bergotong royong, dan dengan bebas memilih
orang-orang yang dapat dipercaya untuk mengurus perusahaan-perusahaan pertanian
itu. Mereka akan mempunyai segala macam mesin yang meringankan kerja; mereka
akan bekerja dalam regu-regu selama tidak lebih dari delapan jam (atau bahkan
enam jam) sehari. Ketika itu petani kecil juga, yang lebih suka tetap
meneruskan usaha-pertaniannya secara lama menurut garis-garis perorangan, tak
akan menghasilkan lagi produksinya untuk pasar, untuk menjual kepada siapa saja
yang datang lebih dulu, melainkan untuk koperasi-koperasi kaum buruh; petani
kecil akan menyediakan gandum, daging, sayur-sayuran bagi koperasi-koperasi
kaum buruh, dan kaum buruh sebagai balasannya akan memberikan, tanpa bayaran,
kepadanya mesin-mesin, ternak, pupuk, pakaian dan apa saja yang dia
butuhkan. Tak akan ada lagi pergulatan untuk uang antara pengusaha-pertanian
besar dan pengusaha-pertanian kecil, tak akan ada lagi kerja untuk orang lain
untuk uang upahan; kaum pekerja semuanya akan bekerja untuk diri mereka
sendiri, semua perbaikan dalam metode-metode produksi dan segala mesin akan
menguntungkan kaum buruh itu sendiri dan membantu meringankan kerja mereka,
memperbaiki taraf hidup mereka.
Tetapi
setiap orang yang berakal mengerti bahwa Sosialisme tak dapat dicapai dengan
sertamerta; untuk mencapainya harus dilakukan perjuangan mati-matian melawan
sluruh burjuasi, melawan semua dan segala macam pemerintah; untuk itu
semua kaum buruh kota di seluruh Rusia harus bersatu dalam persekutuan yang pokok
dan tak terpatahkan dengan semua kaum miskin desa. Ini adalah suatu tujuan
agung, dan untuk tujuan ini orang patut mengabdikan diri selama seluruh seluruh
hidupnya. Tetapi selama kita belum mencapai Sosialisme, pemilik besar akan
senantiasa bergulat dengan pemilik kecil untuk uang. Apakah pemilik tanah-besar
harus bebas menjual tanahnya, sedang petani-kecil tidak? Kita ulangi: kaum tani
bukanlah bayi dan mereka tak akan membiarkan siapapun juga untuk main kuasa
atas diri mereka; kaum tani harus mendapat, tanpa suatu pembatasan, semua hak yang dinikmati oleh kaum
bangsawan dan kaum saudagar.
Juga
dikatakan: tanah petani bukanlah kepunyaan sendiri, melainkan tanah komunal.
Setiap orang tidak bisa dibiarkan menjual tanah komunal. Inipun suatu
pembohongan. Tidakkah bangsawan-bangsawan dan saudagar-saudagar mempunyai
komune-komune mereka sendiri? Tidakkah bangsawan-bangsawan dan
saudagar-saudagar begabung untuk membentuk perseroan-perseroan guna membeli
tanah dan pabrik-pabrik, atau sesuatu lainnya bersama-sama? Mengapa orang tidak
mereka-reka pembatasan apapun bagi perserikatan-perserikatan kaum bangsawan,
sedang semua bajingan polisi dengan giatnya membuat-buat pembatasan-pembatasan
serta larangan-larangan bagi kaum tani? Kaum tani tak pernah mendapat sesuatu
yang baik dari para amtenar, mereka cuma memperoleh pukulan-pukulan,
pemerasan-pemerasan dan hardikan-hardikan. Kaum tani kapan pun tak akan mendapat
sesuatu yang baik selama mereka belum memegang semua urusan mereka dalam tangan
mereka sendiri, selama mereka belum memperoleh kesamaan derajat dan kebebasan
penuh. Jika kaum tani menghendaki tanah mereka menjadi komunal, tak seorangpun
akan berani campurtangan dengan mereka; dan mereka dengan persetujuan sukarela
akan membentuk sebuah komune yang akan memasukkan di dalamnya siapa saja yang
mereka sukai dan atas syarat-syarat apa saja yang mereka suaki; mereka akan
bebas sekali menyusun perjanjian komunal dalam bentuk apapun juga sesuka
mereka. Dan jangan ada seorang amtenarpun yang berani-berani
turut campur apapun juga sesuka mereka. Dan jangan ada seorangpun yang
menggunakan akalnya terhadap petani-petani untuk mereka-reka
pembatasan-pembatasan serta larangan-larangan bagi mereka.
* * *
Akhirnya
ada satu perbaikan penting lagi yang sedang diperjuangkan oleh kaum
Sosial-Demokrat untuk dicapainya bagi kaum tani. Mereka menghendaki dibatasinya
dengan segera, sekarang juga, perbudakan atas kaum tani oleh kaum bangsawan,
kungkungan perhambaan atasnya. Sudah barang tentu, perbudakan tak dapat
dihapuskan dalam keseluruhannya selama masih ada kemiskinan di dunia ini,
sedangkan kemiskinan tak dapat dihapuskan selam tanah dan pabrik-pabrik ada
dalam tangan burjuasi, selama uang merupakan kekuatan utama di dunia, dan
selama masyarakat Sosialis belum
ditegakkan. Tetapi di pedesaan di Rusia masih terdapat banyak perbudakan dari
macam yang teristimewa jahatnya yang sudah tidak ada lagi di negeri-negeri
lain, meskipun Sosialisme belum dijalankan di negeri-negeri itu. Di Rusia masih
terdapat banyak kungkungan perhambaan
yang menguntungkan bagi semua tuan tanah, yang menindih semua
petani dan yang dapat dan harus pertama-tama dihapuskan dengan segera dan
sekarang juga.
Baiklah
kami terangkan macam perbudakan yang kami namakan kungkungan perhambaan.
Setiap
orang yang tinggal di desa tahu hal-hal seperti berikut. Tanah tuan-tanah
berbatasan dengan tanah petani. Pada waktu pembebasan, tanah kaum tani yang
dibutuhkan bagi mereka telah dipotong, telah dipotong juga padang
penggembalaan, perumputan, hutan-hutan dan tempat-tempat minum ternak. Kaum
tani tidak bisa tanpa tanah yang dipotong ini, tanpa padang-padang
penggembalaan, tanpa tempat-tempat minum ternak. Suka atau tak suka kaum tani
terpaksa pergi kepada tuan tanah meminta kepadanya supaya ternak mereka
diperkenankan pergi ke tempat minum ternak, digembala di padang-padang rumput
dan seterusnya. Dan tuan tanah tidak mengusahakan tanah sendiri dan,
barangkali, tidak mempunyai uang sedikit pun, sedangkan hidup hanya dengan
memperbudak kaum tani. Sebagai ganti untuk pemakaian tanah-tanah yang dipotong
itu petani-petani bekerja untuk dia dengan cuma-cuma; mereka membajak
tanah-tanahnya dengan kuda-kuda mereka, mereka memaneni gandumnya dan menyabit
rumput untuknya, mereka menebah gandumnya dan di beberapa tempat malah
mengangkut rabuk mereka ke ladang-ladang tuan tanah, atau membawa kain tenunan
sendiri, dan telur serta ayam itik buat dia. Persis seperti di bawah sistim
perhambaan! Di bawah sistim perhambaan kaum tani harus bekerja dengan cuma-cuma
untuk tuan tanah di atas tanah siapa mereka berdiam, dan kini mereka sering
sekali harus bekerja dengan cuma-cuma untuk tuan tanah sebagai ganti tanah itu
juga yang telah dicuri dari mereka oleh panitia-paniatia bangsawan pada waktu
pembebasan mereka. Itu sama saja dengan kerja hamba. Di beberapa Gubernia kaum
tani sendiri menamakannya barsycina, atau pansycina [*17]. Nah, itulah
yang kita sebut kungkungan perhambaan. Pada waktu pembebasan dari perhambaan
panitia-panitia tuan tanah dana bangsawan dengan sengaja mengatur persoalannya
begitu rupa sehingga kaum tani tetap dalam perbudakan seperti sediakala. Mereka
dengan sengaja memotong tanah-tanah pembagian petani; memasukkan tanah tuan
tanah di tengah-tengah antara tanah kepunyaan kaum tani sehingga tak
memungkinkan kaum tani melepaskan bahkan ayam-itik mereka dengan tiada masuk
melanggarnya; mereka dengan sengaja memindahkan kaum tani ke tanah yang paling
buruk, dengan sengaja menutup jalan ke tempat minum ternak dengan sebidang
tanah tuan tanah – pendeknya, mereka membuat-buat segala sesuatu sedemikian
supaya kaum tani ternyata mendapatkan diri mereka berada dalam perangkap,
supaya kaum tani itu seperti dulu mudah tertawan. Dan berapa banyak masih ada
di negeri kita desa-desa di mana kaum tani berada dalam tawanan tuan tanah-tuan
tanah setempat, persis seperti ketika mereka berada di bawah perhambaan; tak
terhitung jumlahnya desa-desa demikian. Di desa-desa seperti itu, muzyrik kaya
dan muzyrik miskin terikat kaki dan tangannya dan sepenuhnya dilemparkan di
bawah kekuasaan tuan tanah-tuan tanah. Dalam suasana seperti itu muzyrik-miskin
lebih buruh lagi keadaannya daripada muzyik-kaya. Muzyrik kaya kadang-kadang
memiliki sendiri tanah dan menyuruh buruh taninya bekerja untuk tuan tanah guna
menggantikan dia sendiri, tetapi bagi petani miskin sama-sekali tak ada jalan
keluar dan tuan tanah berbuat sesukanya saja terhadapnya. Di bawah perbudakan
ini petani miskin sering kali tak mempunyai tempo untuk tarik napas; dia bahkan
tak dapat pergi mencari pekerjaan tambahan di tempat lain tersebab oleh
pekerjaan yang harus dikerjakannya untuk tuan tanah; tak ada tempo baginya
untuk memikirkan tentang bersatu secara bebas dalam satu persekutuan, dalam
satu partai dengan seluruh kaum miskin desa dan kaum buruh kota.
Apakah
ada sesuatu jalan supaya menghapuskan perbudakan macam ini sekaligus, dengan
serta-merta, dan segera? Untuk tujuan ini Partai Buruh Sosial-Demokrat
mengusulkan dua jalan kepada
kaum tani. Tetapi harus kami ulangi sekali lagi bahwa hanya Sosialisme-lah yang
dapat membebaskan semua kaum miskin dari semua dan segala macam perbudakan,
karena, selama kaum kaya mempunayi kekuatan, mereka selalu akan menindas kaum
miskin dengan satu atau lain cara. Tidaklah mungkin menghapuskan seluruh
perbudakan sekaligus, tetapi orang mungkin sangat membatasi bentuk perbudakan
yang paling jahat, yang paling menjijikkan, perbudakan perhambaan, yang berat
menindih tani-tani miskin, tani-tani sedang dan bahkan tani-tani-kaya juga;
orang mungkin mendapatkan keringanan yang segera bagi kaum tani.
Untuk
tujuan ini ada dua jalan, yakni:
Jalan
pertama: pembentukan pengadilan-pengadilan yang dipilih secara bebas yang
terdiri dari wakil-wakil terpercaya dari buruh-buruh tani dan petani-petani
termiskin, dan juga dari petani-petani kaya serta tuan tanah-tuan tanah.
Jalan
kedua: panitia-panitia tani yang dipilih secara bebas. Panitia-panitia tani ini harus berhak tidak saja untuk membahas
serta mengambil segala macam tindakan guna menghapuskan kerja hamba, untuk
menghapuskan sisa-sisa peninggalan sistim perhambaan, tetapi panitia-panitia
itu juga harus berhak untuk mensita
tanah-tanah potongan dan
mengembalikannya kepada petani-petani [*18].
Marilah
kita tinjau dua jalan ini agak lebih seksama lagi. Pengadilan-pengadilan yang
terdiri dari wakil-wakil terpercaya yang dipilih secara bebas akan menimbang
segala perkara yang timbul dari pengaduan-pengaduan kaum tani terhadap
perbudakan. Pengadilan-pengadilan sedemikian itu akan berhak mengurangi sewa
tanah jika tuan tanah, dengan mempergunakan kebutuhan kaum tani, menetapkan
sewa itu terlalu tinggi. Pengadilan-pengadilan seperti itu akan berhak
membebaskan petani-petani dari pembayaran-pembayaran yang di luar batas:
misalnya, jika seorang tuan tanah mengupah seorang muzyik dalam musim dingin
untuk pekerjaan musin panas dengan upah yang terlalu rendah, maka pengadilan itu
akan mengadili perkara itu dan menetapkan upah yang adil. Sudah barang
tentu, pengadilan-pengadilan sedemikian itu tidak boleh terdiri dari
amtenar-amtenar melainkan dari wakil-wakil terpercaya yang dipilih secara
bebas, dan dari kaum buruh tani serta kaum miskin desa pasti harus ada
wakil-wakil yang mereka pilih sendiri dan yang jumlahnya tidak kurang dari yang
dipilih petani-petani kaya dan tuan tanah-tuan tanah. Pengadilan-pengadilan
sedemikian itu harus pula memeriksa semua perselisihan antara kaum buruh dan
majikan-majikan. Apabila pengadilan-pengadilan yang sedemikian itu ada, maka
akan lebih mudahlah bagi kaum buruh dan semua kaum miskin desa untuk membela
hak-hak mereka, untuk saling bersatu dan untuk menemukan dengan tepat
orang-orang yang bagaimana yang dapat dengan terpercaya dan setia membela kaum
miskin dan kaum buruh.
Jalan
lain lebih penting lagi. Ini adalah panitia
tani yang bebas yang terdiri dari wakil-wakil terpercaya yang dipilih
dari kaum buruh-tani dan kaun petani-miskin, petani-petani sedang dan
petani-petani kaya di setiap Uyezd (atau jika kaum tani memandang perlu –
beberapa panitia di setiap Uyezd; mungkin mereka bahkan lebih suka membentuk
sebuah panitia tani di setiap Wolost dan di setiap desa besar). Tak ada
seorang pun yang lebih baik mengetahui daripada petani-petani itu sendiri
tentang perbudakan apa yang menindas mereka. Tak akan ada seorangpun yang dapat
lebih baik menelanjangi tuan tanah-tuan tanah, yang sampai hari inipun hidup di
atas punggung petani-petani yang diperbudak, daripada petani-petani itu
sendiri. Panitia-panitia petani itu akan memutuskan tanah-tanah-potongan mana,
padang-padang rumput, padang-padang-penggembalaan mana, dan seterusnya, yang
telah diambil dari kaum petani secara tak adil; mereka akan memutuskan apakah
atanh-tanah itu akan harus dirampas kembali tanpa ganti rugi, atau apakah
orang-orang yang telah membeli tanah-tanah itu akan harus mendapat ganti rugi
atas kerugian kaum bangsawan tinggi. Setidak-tidaknya panitia-panitia tani akan
melepaskan kaum tani biarpun dari perangkap-perangkap ke dalam mana mereka
sudah digiring masuk oleh banyak sekali panitia-panitia dari kaum bangsawan dan
kaum tuan tanah. Panitia-panitia tani akan membebaskan kaum tani dari campur tangan
para amtenar, mereka akan menunjukkan bahwa kaum tani hendak, dan dapat sendiri
mengurus urusan-urusan mereka, mereka akan membantu kaum tani supaya mendapat
pengertian umum tentang kebutuhan-kebutuhan mereka dan supaya mengenal
baik orang-orang yang mampu dengan setia membela kaum miskin desa dan
persekutuan dengan kaum buruh kota. Panitia-panitia tani akan merupakan langkah pertama kearah memungkinkan
petani-petani di desa-desa yang paling terpencilpun berdiri di atas kaki
sendiri dan menggenggam nasib mereka dalam tangan mereka sendiri.
Itulah
sebabnya kaum buruh Sosial-Demokrat memperingatkan kaum tani: Jangan percaya pada suatu panitia bangsawan,
atau pada suatu komisi yang terdiri dari amtenar. Tuntutlah suatu Dewan perwakilan Rakyat.
Tuntutlah pembentukan panitia-panitia
tani. Tuntutlah suatu kebebasan
penuh menerbitkan brosur-brosur dan suratkabar-suratkabar dari segala macam.
Apabila
semuanya dan setiap orang akan mempunyai hak untuk dengan bebas dan tiada
takut-takut menyatakan pendapat-pendapat serta keinginan-keinginan mereka
di dalam Dewan Perwakilan seluruh Rakyat, maupun di dalam panitia-panitia tani
dan dalam suratkabar-suratkabar, maka akan lekas sekali kelihatan siapa yang
berpihak pada klas buruh dan siapa yang berpihak pada burjuasi. Kini, mayoritas
yang amat besar dari Rakyat tidak memikirkan hal-hal ini sama sekali;
sementara orang menyembunyikan pandangan-pandangannya yang sesungguhnya, yang
lain belum tahu pikirannya sendiri, dan yang lain lagi membohong dengan
sengaja. Tetapi pada waktu itu setiap orang akan mulai memikirkannya, tak akan
alasan untuk menyembunyikan suatu apapun, dan segala sesuatunya akan menjadi
terang. Sudah kami katakan bahwa burjuasi akan menarik petani-petani kaya
kepihkanya. Makin lekas dan makin banyak kita berhasil menghapuskan perbudakan
penghambaan, dan makin nyata kebebasan yang akan dicapai kaum tani untuk diri
mereka sendiri, maka makin lekas pula kaum miskin desa bersatu di kalangan
mereka sendiri dan makin lekaslah juga petani-petani kaya bersatu dengan
seluruh burjuasi. Biar mereka bersatu: kita tidak takut akan hal itu, meskipun
kita tahu betul bahwa hal ini akan memperkuat petani-petani kaya. Tetapi
kitapun akan bersatu, dan persatuan
kita, persatuan antara kaum miskin desa dengan kaum buruh kota,
akan menjadi sebuah persatuan yang tak
terhingga lebih banyak jumlah pesertanya, suatu
persekutuan dari puluhan juta lawan sebuah persekutuan dari ratusan ribu. Kita
tahu pula bahwa burjuasi akan berusaha (ia sekarang pun sudah berusaha!)
menarik pada pihaknya petani-petani sedang dan bahkan juga petani-petani
kecil, berusaha menipu mereka, memikat mereka, menabur perpecahan di antara
mereka dengan janji akan menarik setiap orang dari mereka masuk ke dalam
barisan-barisan kaum kaya. Kita sudah melihat muslihat-muslihat serta tipu daya-tipu daya
yang mana yang dipergunakan burjuasi untuk merebut hati petani-petani sedang.
Karena itu kita harus membuka mata kaum miskin desa sebelumnya, dan sebelumnya
menkonsolidasi persatuan mereka yang khusus dengankaum buruh kota melawan
seluruh burjuasi.
Biar
setiap orang desa melihat ke sekelilingnya dengan seksama. Betapa seringnya kita
mendengar muzyik-muzyik kaya berbicara menentang kaum bangsawan, menentang tuan
tanah-tuan tanah! Bagaimana mereka mengeluh tentang penindasan yang diderita
Rakyat! Atau tentang tanah tuan tanah yang dibiarkan terbengkalai! Betapa
sukanya mereka beromong-omong (dalam percakapan perseorangan) bahwa tanah itu
sebenarnya, katanya, harus diambil-milik oleh muzyik!
Dapatkah
kita mempercayai apa yang dikatakan kaum kaya? Tidak. Mereka tidak
menghendaki tanah untuk Rakyat, melainkan bagi mereka sendiri. Mereka sudah
sekarang menggenggam banyak tanah, yang langsung dibeli, atau disewa, tetapi
toh mereka masih belum puas juga! Jadi
kaum miskin desa tidak akan lama-lama berbaris berdampingan dengan kaum kaya
menentang tuan tanah-tuan tanah. Hanya langkah pertamalah yang
dapat kita ambil dengan dibarengi mereka, sesudah itu jalan kita akan
berpisahan.
Itulah sebabnya kita harus menarik garis pemisah
yang terang antara langkah pertama ini dengan langkah-langkah berikutnya dan
langkah kita yang terakhir dan terpenting. Langkah
pertama di desa akan berupa pembebasan penuh petani, hak-hak penuh bagi petani
dan pembentukan panitia-panitia tani dengan maksud mengembalikan tanah-tanah-potongan
[*19].
Tetapi langkah terakhir kita akan sama baiknya di kota maupun di desa: kita akan merampas seluruh tanah dan semua
pabrik dari tuan tanah-tuan tanah dan burjuasi dan akan mendirikan masyarakat
Sosialis [*20]. Kita akan harus mengalami
perjuangan besar dalam periode antara langkah kita yang pertama dan yang
terakhir, dan barang siapa
mencampuradukkan langkah pertama dengan yang terakhir, maka ia merugikan
perjuangan itu dan dengan tak disadari sendiri mengabui mata kaum miskin desa.
Kaum
miskin desa akan mengambil langkah pertama bersama-sama dengan semua petani:
beberapa orang kulak mungkin keluar dari barisan, mungkin seorang dari seratus
muzyik tidak merasa jemu akan perbudakan macam apapun. Tetapi sampai sekarang
massa petani yang raksasa itu masih mau maju sebagai satu kebulatan: semua
petani menghendaki hak-hak yang sama. Perbudakan tuan tanah-tuan tanah mengikat
kaki dan tangan setiap orang. Tetapi langkah yang terakhir kapanpun tak akan
diambil oleh semua petani bersama-sama: pada ketika itu semua petani-kaya akan
berbalik menentang kaum buruh tani. Pada ketika itu, kita sudah akan
membutuhkan sebuah persatuan yang kuat dari kaum miskin desa dengan kaum buruh Sosial-Demokrat kota. Barang siapa mengatakan
kepada kaum tani bahwa mereka dapat mengambil langkah yang pertama dan terakhir
sekaligus adalah menipu kaum tani. Dia lupa akan perjuangan besar yang
berlangsung di kalangan kaum tani itu sendiri, perjuangan besar antara kaum
miskin desa dan kaum tani kaya.
Itulah
sebabnya maka kaum Sosial-Demokrat tidak menjanjikan kepada petani-petani tanah
yang banjir dengan susu dan madu dengan
segera. Itulah sebabnya maka kaum Sosial-Demokrat pertama-tama menuntut
kebebasan yang penuh bagi perjuangan, bagi perjuangan kerakyatan umum yang
besar dan luas, dari seluruh klas buruh menentang seluruh burjuasi. Itulah
sebabnya maka kaum Sosial-Demokrat menganjurkan langkah pertama yang kecil
tetapi pasti.
Sementara
orang berpendapat bahwa tuntutan kita untuk pembentukan panitia-panitia tani
untuk maksud membatasi perbudakan serta mengembalikan tanah-tanah-potongan
merupakan suatu macam pagar, suatu macam penghalang, seolah-olah maksudnya
yalah: berhenti di tempat itu juga dan jangan pergi lebih jauh lagi. Orang-orang ini sangat jelek memikirkan tentang apa yang dikehendaki kaum
Sosial-Demokrat. Tuntutan untuk pembentukan panitia-panitia tani dengan maksud
membatasi perbudakan serta mengembalikan tanah-tanah-potongan bukanlah suatu
pagar. Ia adalah “sebuah pintu”.
Kita harus melalui pintu pertama-tama supaya pergi lebih jauh, supaya maju sepanjang jalan yang lapang
dan terbentang sampai pada ujungnya
sekali, sampai pada pembebasan sepenuhnya seluruh Rakyat pekerja di
Rusia. Selama kaum tani belum melalui pintu ini, mereka akan tetap dalam
kegelapan serta perbudakan, tanpa hak-hak penuh, tanpa kebebasan yang penuh,
yang sungguh-sungguh; mereka bahkan tak akan dapat menentukan sampai habis di
antara mereka sendiri siapa kawan orang pekerja dan siapa musuhnya. Itulah
sebanya maka kaum Sosial-Demokrat menunjukkan pintu ini dan mengatakan bahwa
seluruh Rakyat pertama-tama harus bersama-sama mendobrak pintu ini dan
merobohkannya sama sekali. Tetapi ada orang-orang yang menamakan diri kaum
Narodnik dan kaum Sosialis-Revolusioner, yang juga menginginkan perbaikan bagi muzyik,
yang bergembar-gembor dan ribut-ribut serta mengayun-ayunkan tangan mereka dan
hendak membantu dia, tetapi mereka tidak
melihat pintu itu! Orang-orang
itu begitu buta sehingga mereka malah berkata: sama-sekali tak ada perlunya
memberikan hak kepada muzyik untuk mengurus tanahnya secara bebas!
Mereka menginginkan kebaikan bagi muzyik, tetapi mereka
kadang-kadang memberikan pertimbangan persis seperti kaum pemilik hamba! Tak
ada orang harapkan banyak bantuan dari sahabat-sahabat sedemikian itu. Apa
gunanya orang menginginkan segala kebaikan bagi muzyik jika ia tidak melihat
pintu yang pertama sekali yang harus didobrak? Apa gunanya orang juga
menghendaki Sosialisme jika ia tidak melihat cara keluar ke jalan perjuangan
yang bebas, perjuangan Rakyat untuk Sosialisme tidak saja di kota-kota, tetapi
juga di desa, tidak saja menentang tuan tanah-tuan tanah, tetapi juga menentang kaum kaya di dalam masyarakat, di
dalam komune desa?
Itulah
sebabnya maka kaum Sosial-Demokrat dengan begitu tabah menunjukkan pinta yang
pertama dan terdekat ini. Yang sulit pada tingkatan sekarang ini bukanlah
menyatakan segala macam harapan-harapan yang baik-baik, melainkan menunjukkan
jalan yang benar, untuk mengerti dngan jelas bagaimana seharusnya mengambil
langkah yang pertama sekali itu. Bahwa muzyik Rusia digencet oleh
perbudakan, bahwa muzyik Rusia tetap setengah-hamba, tentang itu semua sahabat
muzyik telah berbicara dan menulis selama empat puluh tahun ini. Lama sekali
sebelum ada kaum Sosial-Demokrat di Rusia, semua sahabat muzyik telah
menulis banyak buku yang melukiskan betapa kejinya tuan tanah-tuan tanah
merampok serta memperbudak muzyik dengan berbagai tanah potongan. Semua
orang jujur sekarang sudah menginsyafi bahwa muzyik harus dibantu dengan
segera, sekarang juga, lekas-lekas, bahwa dia sekurang-kurangnya harus mendapat
sedikit keringanan dari perbudakan ini; bahkan amtenar-amtenar dari pemerintah
kepolisian kita mulai berbicara tentang ini. Seluruh persoalannya yalah: bagaimana memulainya, bagaimana
mengambil langkah pertama, pintu
mana yang harus didobrak lebih dulu?
Terhadap
pertanyaan ini lain-lain orang (di antara mereka yang menginginkan kebaikan
bagi muzyik) memberikan dua jawaban yang berlainan. Setiap proletar desa harus
berusaha memahami dua jawaban ini sejelas-jelasnya dan membentuk suatu pendapat
yang tegas dan pasti mengenai jawaban-jawaban tersebut. Satu jawaban diberikan
oleh kaum Narodnik dan kaum Sosialis-Revolusioner. Yang pertama-tama harus
dikerjakan, kata mereka, yalah mengembangkan segala macam perkumpulan
(koperasi-koperasi) di kalangan kaum tani. Persatuan komune desa harus
diperkuat. Tidak boleh memberi hak untuk mengurus tanah secara bebas kepada
sebarang petani. Biar pada komune desa diberi hak-hak yang lebih luas dan biar
secara berangsur-angsur seluruh tanah di Rusia menjadi komune desa [*21].
Kaum tani harus diberi segala macam keringanan dalam membeli tanah, supaya
tanah itu bisa lebih mudah mengalir dari kapital kepada kerja.
Jawaban
lainnya diberikan oleh kaum Sosial-Demokrat. Petani pertama-tama harus
memperjuangkan untuk dirinya sendiri semua hak yang dipunyai kaum bangsawan dan
saudagar, semuanya tanpa perkecualian. Petani harus mempunyai hak penuh untuk
mengurus tanahnya dengan bebas. Untuk menghapuskan bentuk-bentuk perbudakan
yang paling menjijikkan haruslah mendirikan panitia-panitia tani dengan maksud
mengembalikan tanah-tanah-potongan [*22]. Kita memerlukan bukan
persatuan komune desa, melainkan persatuan kaum miskin desa dari berbagai
komune desa di seluruh Rusia, persatuan kaum proletar desa dengan kaum proletar
kota. Segala macam perkumpulan (koperasi-koperasi) dan pembelian tanah oleh
komune desa selalu akan lebih menguntungkan petani-petani kaya, dan selalu akan
membantu menipu petani-petani sedang.
Pemerintah
Rusia menginsyafi bahwa kepada kaum tani harus diberikan keringanan, tetapi ia
hendak menyelesaikan persoalan dengan apa yang remeh-remeh saja, ia menghendaki
segala sesuatunya dikerjakan dengan perantaraan para amtenar. Kaum tani harus
waspada, sebab komisi-komisi amtenar itu akan mengakali mereka persis seperti
mereka telah diakali oleh panitia-panitia bangsawan. Kaum tani harus menuntut
pemilihan panitia-panitia tani secara bebas. Soalnya bagi kaum tani ialah bukan
mengharapkan perbaikan dari amtenar-amtenar, tetapi menggenggam nasib mereka
dalam tangan mereka sendiri. Baiklah kita mula-mula mengambil satu langkah
saja, baiklah kita mula-mula membebaskan diri dari bentuk-bentuk perbudakan
yang terjahat saja – asalkan kaum tani menjadi sadar akan kekuatan mereka, asalkan
mereka secara bebas mencapai suatu saling-pengertian satu-sama-lain dan menjadi
bersatu! Barang siapa saja yang jujur tak dapat menyangkal bahwa tanah-tanah
potongan itu sering berlaku sebagai alat perbudakan perhambaan yang paling
keji. Barang siapa saja yang jujur tak dapat menyangkal bahwa tuntutan kita
adalah tuntutan yang paling urgen dan paling adil: biar kaum tani memilih
panitia-panitia mereka sendiri secara bebas, tanpa amtenar-amtenar, untuk
maksud menghapuskan segala macam perbudakan perhambaan.
Di
dalam panitia-panitia tani yang bebas (dan begitu juga di dalam Dewan
perwakilan se-Rusia yang bebas) kaum Sosial-Demokrat segera akan berusaha
dengan sekuat tenaga mereka untuk mengkonsolidasi perstuan kaum proletar
desa dengan kaum proletar kota yang khusus itu. Kaum Sosial-Demokrat akan
mempertahakan segala tindakan guna kepentingan kaum proletar desa dan akan
membantu mereka supaya secepat mungkin serta secara serukun mungkin meneruskan
langkah yang pertama dengan langkah yang kedua dan ketiga, dan seterusnya
sampai pada penghabisannya sekali, sampai kemenangan proletariat yang sempurna.
Tetapi dapatkah kita kini mengatakan, sekarang juga, tuntutan apa yang akan
timbul besok untuk langkah yang kedua? Tidak, tidak dapat mengatakan, sebab
kita tak tahu sikap apa yang akan diambil besok oleh petani-petani
kaya dan oleh banyak orang-orang terpelajar yang menaruh minat pada segala
macam koperasi dan segala macam pengaliran tanah dari kapital kepada
kerja.
Mungkin
besok mereka tidak masih tidak akan sempat menggabungkan diri pada kaum tuan
tanah dan akan berkemauan menghabisi kekuasaan tuan tanah sama-sekali. Baik
sekali. Kaum Sosial-Demokrat sangat menghendaki terjadinya hal ini, dan kaum
Sosial-Demokrat akan menasehati kaum proletar desa dan kota supaya menuntut
agar seluruh tanah diambil dari tuan tanah dan diserahkan kepada negara Rakyat
yang bebas. Kaum Sosial-Demokrat akan mengusahakan dengan waspada supaya kaum
proletar desa tidak diakali selama berlangsungnya hal ini dan supaya mereka
lebih terkonsolidasi lagi untuk perjuangan terakhir untuk pembebasan
proletariat sepenuhnya.
Tetapi
boleh jadi mungkin akan ternyata lain sekali halnya. Sebenarnya, lebih besar
kemungkinannya akan ternyata lain. Pada keesokan harinya juga, segera sesudah
bentuk-bentuk perbudakan yang terjahat dibatasi serta dikurangi, petani-petani
kaya dan banyak diantara orang-orang terpelajar, pada keesokan harinya juga
dapat bersatu dengan tuan tanah-tuan tanah dan pada ketika itu terhadap
seluruh proletariat desa akan bangkit seluruh burjuasi desa. Jika begitu
maka akan menggelikan kalau kita hanya menentang tuan tanah-tuan tanah saja.
Jika demkian maka kita akan harus berjuang menentang seluruh burjuasi dan
menuntut pertama-tama kebebasan serta kelonggaran yang seluas-luasnya untuk
perjuangan ini, menuntut peringanan ini keadaan-keadaan hidup kaum buruh guna
memudahkan mereka berjuang.
Bagaimanapun juga, dengan tak pandang
jalan kejadiannya, tugas kita yang pertama, tugas kita yang utama dan pasti
yalah memperkuat persatuan antara kaum
proletariat dan setengah proletar desa dengan kaum proletar kota. Untuk
persatuan ini kita memerlukan sekarang juga, dengan segera, kebebasan politik yang penuh bagi Rakyat,
kesamaan hak-hak yang penuh bagi kaum
tani dan penghapusan perbudakan perhambaan. Dan apabila persatuan itu
sudah didirikan serta menjadi kuat, kita akan mudah membokar segala penipuan
yang dipergunakan burjuasi untuk memikat petani-sedang, kita akan mudah dan
cepat mengambil langkah kedua, ketiga dan yang terakhir untuk menentang seluruh
burjuasi, untuk menentang semua kekuatan pemerintah dan kita akan maju dengan
tak menyeleweng ke kemenangan serta dengan cepat memperjuangkan pembebasan sepenuhnya bagi seluruh Rakyat
pekerja.
Catatan:
[*17]
Istilah-istilah Rusia untuk kerja-hamba — Pent.
[*18]
Dalam terbitan tahun 1905 sesudah kata “petani-petani” disisipkan teks sebagai
berikut:
“Panitia-panitia tani harus berhak mensita seluruh tanah dari tuan
tanah-tuan tanah dan dari semua pemilik tanah swasta pada umunya, dalam pada
itu Dewan perwakilan Rakyat sendiri menetapkan cara, bagaimana berbuat dengan
tanah yang disita itu, yang beralih menjadi milik seluruh Rakyat” — Red.
[*19]
Dalam terbitan tahun 1905 sesudah kata “tanah-tanah-potongan” disispkan
kata-kata berikutnya:”dan merampas seluruh tanah dari tuan tanah-tuan tanah” —
Red.
[*20]
Dalam terbitan tahun 1905 teks dari kata “kita akan merampas” sampai dengan
katak-kata “masyarakat Sosialis”diganti dengan teks berikutnya:”penghapusan
hakmilik perseorangan atas tanah dan pabrik-pabrik dan pembentukan masyarakat
Sosialis” – Red.
[*21]
Dalam terbitan tahun 1905 sesudah kata “komune desa” disisipkan teks
berikutnya:”Seluruh tanah harus dirampas dari tuan tanah dan diserahkan
secara samarata hanya kepada mereka yang menggarapnya sendiri” – Red.
[*22]
Dalam terbitan tahun 1905 sesudah kata “tanah-potonga” disisipkan teks
berikutnya: “Panitia-panitia tani harus berhak merampas seluruh tanah dari tuan
tanah-tuan tanah. Wakil-wakil Rakyat akan menetapkan bagaimana harus bertindak
dengan tanah Rakyat. Tetapi kita harus mengusahakan perwujudan sepenuhnya dari
masyarakat Sosialis dan jangan melupakan bahwa selama uang, selama kapital
tetap berkuasa, maka pembagian tanah secara samarata yang manapun tidak akan
menyelamatkan Rakyat dari kemiskinan” — Red.
Sumber: KEPADA KAUM MISKIN DESA / 1903, BAB 6